Di sebuah ruangan bernuansa merah muda, di lengkapi dengan berbagai macam mainan hingga terdapat sebuah lemari khusus boneka yang sangat besar dan penuh. Seorang bocah tengah duduk di kursi kecil, yang tentunya berwarna merah muda, tengah menunduk, sembari memainkan jarinya.
"Kenapa ngadu sama Mamsky?" tanya Kay berdiri dengan kedua tangan yang bertengger di pinggang, menatap gemas bocah di depannya ini.
Debay mengangkat wajahnya, menatap sendu sang abang. Dengan cepat Kay merubah ekspresi wajahnya menjadi galak.
Debay tidak menjawab, ia kembali menunduk.
"Kenapa bohong sama Mamksy?"tanya Kay lagi.
"Siapa suluh, Bang Kay ambil semua pelmennya Debay," jawabnya sembari menunduk.
"Kan, Debay yang ngasih," ujar Kay lagi.
"Kan, Bang Kay yang minta," gumam Debay, yang tentu masih bisa di dengar oleh Kay. Ah, ingin rasanya Kay melayangkan ciuman bertubi-tubi pada adiknya itu karena gemas.
"Trus kenapa bohong sama Mamsky, kalo Abang yang rampas permen, Debay?"
"Bang Kay, juga boongin Debay." Debay mendongak, menatap Kay sendu.
Kay diam, menunggu kelanjutan ucapan Debay.
"Bang Kay, boong sama Debay, katanya agli itu cantik, tapi kata Mambay, agli itu altinya jelek."
Terbongkar sudah rahasia penipuan Kay! Kay berjanji demi dakjal bermata tiga, bahwa ia tidak akan lagi mengajari Debay berbohong!
Kay berjongkok di depan Debay. "Maafin Abang, ya? Udah boongin Debay." ucap Kay tulus.
Debay terisak. "De-Debay juga minta maap, sama Bang Kay, gala-gala Debay, Bang Kay di jewel sama Mambay," ujarnya sembari menangis tersedu-sedu membuat Kay tersenyum gemas.
"Iya, lain kali jangan boong lagi, ya?" tanya Kay. Bocah itu mengangguk patuh.
"Sini." Debay menyodorkan kedua tangannya, Kay meraih lalu mengendong bocah itu.
"A-abang, Debay mau belbi cowok," pinta Debay terbata-bata.
Kay berpikir sejenak. "Boleh, tapi ada syaratnya," ujar Kay tersenyum miring.
Kay membisikkan Debay, lalu dengan cepat di setujui oleh bocah itu sembari tersenyum merekah.
***
"Dari mana aja, kamu?!"
Belum sempat Fay memutar knop pintu rumahnya, seorang lelaki dengan perawakan tinggi, putih, memiliki rahang yang tegas serta sorot mata yang tajam, terlihat sanga tampan, tiba-tiba membuka pintu rumahnya dari dalam, dan itu cukup membuat Fay terkejut bukan main.
Kay terdiam membeku, menatap lama lelaki itu sembari berpikir.
"Jadi, udah lupa nih, sama gue?" tanya lelaki itu, menaik turunkan alisnya, meninggalkan tatapan tajam dan raut datarnya.
"Ba-Bang Kevin?" tanya Fay gugup, takut jika ia salah orang.
Lelaki itu mengembangkan senyumnya. "Iya, Yoona!" jawabnya gemas, mengacak puncak kepala Fay.
Detik itu juga .... "BANG KE!!" gadis itu menjatuhkan semua belanjaannya, menghambur memeluk erat lelaki yang bernama Kevin itu.
"Gue kangen banget, sama lo, Bang!" Fay mengeratkan pelukannya, begitu pula dengan Kevin.
"Gue juga," ujarnya.
"TATAK PAY!!" pekik seorang bocah dari luar gerbang. Fay hendak melepas pelukannya, namun Kevin kembali memeluknya erat, dan Fay mengurungkan niatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Teen Fiction[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...