Masih dengan tubuh yang bergetar menahan tangis, Fay mencoba melepaskan diri dari pelukan erat tangan Kay yang ada di pinggangnya. Akan tetapi, semakin Fay mencoba melepaskan diri, maka semakin pula Kay mengeratkan pelukannya seraya menatap sang nenek tanpa ekspresi. Sedangkan yang di tatap hanya bersedekap dada sambil tersenyum miring.
"Sudah dengar 'kan?" tanya wanita tua itu kepada Fay.
Fay mengusap air matanya pelan, merasakan nyeri pada rongga dadanya.
Fay sedikit mendongak, menatap Kay dengan tatapan penuh permohonan. Memohon agar pria itu mau melepasnya agar ia segera pergi dari sana. Jujur, ia tidak kuat. Terlebih melihat Shena yang sangat antusias jika dirinya menjadi menantunya hanya terdiam menyaksikan, begitupun dengan Rehan, seolah mereka sama sekali tidak mempunyai hak atas sang anak--Kay.
"Sky," lirih Fay memohon. Kay hanya menatapnya sejenak, lalu kembali memalingkan wajahnya.
"Kenapa? Mau pergi dari sini?" wanita tua itu tersenyum miring. "Tidak semudah itu Fayoona. Kamu harus mengetahui faktanya, ntah kamu pantas atau tidak dengan cucu saya!"
Tidak, Fay sudah tidak bisa lagi membendung sakit yang menyerang dadanya bertubi-tubi. Tidak heran, Fay sudah jatuh cinta kepada Kay, bahkan dirinya sudah teramat sayang pada pria ini.
Cukup lama keheningan melanda mereka, hingga suara salam dari luar mengalihkan atensi mereka.
"Assalamu--alaikum," salam orang itu, melemah di akhir.
Disha. Ya, orang itu adalah Disha. Disha menatap wanita dan pria tua itu secara bergantian. Sekelibat kenangan masa lalu kembali terbayang di benak Disha. Disha bergetar dengan mata yang berkaca-kaca. Lain halnya dengan wanita tua itu, ia menatap Disha seraya tersenyum. Senyum yang ntah apa maksudnya.
"Disha?" ujarnya memastikan jika orang yang ia lihat sekarang ini tidaklah salah.
Disha berjalan mendekat, bulir bening yang sedari tadi di tahannya, meluncur dengan sangat deras. Fay menatap Disha dengan penuh pertanyaan memenuhi otaknya. Sedangkan Kay, hanya terdiam dengan raut datarnya.
"Disha Putri Santoso."
Disha semakin mendekat dengan tubuh yang bergetar.
"M-Mama?"
Nenek mengangguk seraya tersenyum. Detik itu juga Disha menghambur memeluk wanita tua itu, dan tentu di balas pula olehnya.
"Mama apa kabar?" tanya Disha lirih di sela-sela tangisnya.
Nenek mengelus lembut punggung Disha.
"Disha kangen, Ma." tangis Disha semakin pecah. Bahkan, Shena, Rehan dan Kakek tidak dapat lagi membendung tangis mereka. Lain halnya dengan Fay yang hanya terdiam bertanya-tanya.
Kedua orang itu melepas pelukannya, menatap satu sama lain seraya melepas rindu.
"Ikhlas ya, Nak." Nenek mengelus rambut Disha.
Disha mengangguk pelan, mengusap air matanya, lalu berbalik menatap pria tua yang baru saja mengusap air matanya.
"Pa." Disha menghampiri pria itu, menghambur memeluknya erat.
"Yang ikhlas. Tuhan pasti sudah menyiapkan rencana yang lebih indah untukmu kedepannya." pria itu mengusap lembut punggung Disha.
Pelukan keduanya terlepas kala Disha mendengar seseorang memanggilnya.
"Buna?" Fay menatap Disha bertanya-tanya.
Disha hanya tersenyum hangat.
"Jadi, kapan kita resmikan perjodohan ini?" tanya Nenek. Fay semakin bingung di buatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Teen Fiction[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...