Sepulangnya dari markas Kay dan teman-temannya, Fay kembali ke rumahnya untuk membersihkan diri, begitu pula dengan Kay dan juga si bocah Debay. Fay, gadis itu baru saja selesai mandi, mengenakan baju rumahan, duduk di depan meja riasnya seraya mengeringkan rambutnya dengan handuk.
Fay menatap pantulan dirinya pada cermin di depannya. Cermin meja riasnya, bukan cermin full body miliknya. Fay tersenyum tipis, meraba-raba wajahnya yang sama sekali sudah tidak di tumbuhi jerawat. Hari ini terhitung sudah lima hari ia menggunakan skincare itu. Dan hasilnya sangat memuaskan. Jerawatnya sudah tidak lagi tumbuh, bahkan hanya tinggal bekas. Wajahnya pun lebih cerah dan terlihat glowing. Begitu pula dengan kulit coklatnya yang sudah mulai cerah, karena khasiat sabun itu. Ah, Fay sangat senang.
Tidak lama, senyum di bibir tipisnya memudar, berganti dengan raut kesal. Jelas saja, gadis itu mengingat-ngingat jika tadi dirinya di introgasi habis-habisan oleh kedua sahabatnya perihal tentang hubungannya dengan Kay. Aish, sial! Padahal ia ingin backstreet saja.
Lama gadis itu bergelut dengan pikirannya sendiri, sesekali mengerutu kesal kala mengingat pertanyaan Moa dan Vio. Namun, semua itu hilang, ketika mengingat bagaimana Kay--kekasihnya itu memberinya perhatian, bahkan sudah berani memanggilnya sayang di depan orang-orang. Fay menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Gadis itu tersenyum malu-malu mengingatnya.
"Ish, gue kenapa sih!" kesalnya pada diri sendiri, namun masih saja tetap senyum.
"Apa gue udah suka beneran ya, sama Sekai?" tanyanya seraya memegang kedua pipinya yang memanas.
Jujur, pertama-tama Fay tidak ada perasaan dengan Kay, akan tetapi lama-lama ia nyaman dengan pria itu. Dan ntah, mungkin sekarang dirinya sudah mulai suka dengan Kay.
Gadis itu berjalan menuruni tangga seraya bersenandung ria, ia baru mengingat, jika bundanya belum pulang. Gadis itu berinisiatif menunggunya sambil menonton televisi saja.
Baru saja dirinya sampai di ruang keluarga, sudah ada Kay duduk di sana seraya menonton televisi.
"Ngapain tu anak?" tanyanya bergumam. Aish, sudah di lihat menonton, masih saja bertanya!
"TATAK PAY!!" teriak Debay, berlari ke arahnya, lalu memeluk pahanya.
"Debay sejak kapan di sini?" tanya Fay. Mengusap-usap rambut bocah itu.
"Balusan, tuh ada Bang Kay nonton," jawab bocah itu.
"Yaudah, sana gih sama Abang dulu, Kakak Fay mau ambil camilan dulu ya."
"Haseekkk!!" pekik Debay girang. Di rumahnya tadi sang mama melarangnya makan terlalu banyak camilan, dan betapa senangnya ia di sini, karena di beri camilan oleh Fay.
Debay berlari menghampiri Kay yang tengah menonton kartun kesukaannya.
"Bang Kay," panggil Debay. Kay menjawabnya dengan gumaman saja.
"Debay mau deh, ketemu sama Adudu," ujar bocah itu polos.
"Iya, besok ketemu," jawab Kay sekenanya.
"Beneran, Abang?!"
Kay mengangguk.
"HASEKK!!" pekik Debay girang.
Tidak lama, datanglah Fay dengan berbagai macam merk jajan yang ia bawa. Gadis itu meletakkannya di atas meja.
Fay melihat apa yang di tonton oleh pria itu. "Dih, udah gede masih aja nonton film kartun!" cibir Fay.
"Biarin!" balas Kay, tanpa mengalihkan atensinya dari si kepala kotak Adudu.
"Ck, sini ah, gue mau nonton film India!" Fay merampas remot itu dari Kay, lalu mengganti channel yang dimana menyiarkan serial India.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Teen Fiction[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...