Kay baru saja sampai ke sekolah, memarkirkan motornya, lalu dengan tergesa-gesa melepas helm miliknya dan berlari mengejar Fay yang baru saja turun dari mobil Kevin. Ya, sejak kejadian kemarin di kamar Kay, gadisnya itu merajuk. Jelas saja, Kay dengan tapa dosanya membuat tanda di leher gadis itu, dan berujung Fay yang marah padanya. Aish, padahal Kay niatnya hanya menggoda, dan ntah bagaimana bisa dirinya terbawa suasana.
"Fay, tungguin woy!" teriak Kay, mengejar Fay.
"Yang, tungguin napa." Kay berhasil menyejajarkan langkahnya dengan Fay. Fay menghentikan langkahnya, menatap Kay datar.
"Yang, jangan marah dong, lagian kan kissmark doang, itu juga tanda kalo lo cuma milik gue," ujar Kay, mencoba menjelaskan. Jujur, dirinya tidak akan melakukan itu, jika tau kalau Fay akan marah padanya.
Fay menghela nafas kasar. Sebenarnya ia tidak marah-marah amat pada Kay, hanya saja ingin memberi pria itu pelajaran agar kedepannya tidak mengulang lagi atau yang lebih parahnya bisa kelewat batas. Lagi pula sepasang kekasih wajar saja jika berbuat demikian, hanya membuat tanda kan? Aish, tapi Fay tidak ingin itu.
"Yang ih, maafin lah," rengek Kay, membuat Fay melebarkan matanya.
Fay melihat sekitar, para siswa siswi meperhatikan mereka sedari tadi.
"Ck, apaan sih, gue nggak marah, gue cuma nggak mau lo kelewat batas lagi," ujar Fay, akhirnya membuka suara.
"Iya, kagak lagi dah," jawab Kay.
"Bagus! Abis foundation gue buat nutupinnya!" galak Fay. Benar memang, apalagi isi foundationnya, ah, lebih tepatnya milik Disha hanya tinggal setetes, bagaimana tidak habis.
"Perasaan kagak keliatan-keliatan banget Yang, cuma samar-samar kan, merahnya?" ya, bekas tanda yang di berikan pada leher Fay hanya samar-samar, Fay nya saja yang lebay, dasar!
"Ck, tau ah! Gue mau ke kelas!" kesal Fay. Setelahnya ia pergi meninggalkan Kay sendiri di sana.
Kay terkekeh seraya bergumam. "Nggak boleh buat kissmark, kalo cium bibir kira-kira boleh nggak ya?"
Kay tersadar, hendak kembali melanjutkan langkahnya, namun terhenti kala seseorang memanggilnya dari belakang.
"Loh Kay, udah sembuh?" tanya Naina, dengan senyum manis andalannya.
Kay membalas tersenyum. "Udah Nai, oh iya, makasih ya, buahnya. Makasih juga udah datang jenguk," ucap Kay tulus.
Naina tersenyum seraya mengangguk, tidak lama, senyumnya memudar sambil memegang kepalanya.
"Lo kenapa, Nai?" tanya Kay.
Naina menggeleng. "Enggak kok, Ka--"
Brukk
"Eh, Nai!"
Belum sempat Naina menyelesaikan ucapannya, gadis itu pingsan tergeletak di lantai. Dengan cepat Kay menghampirinya.
"Nai, bangun Nai." Kay membawa kepala Naina ke atas pangkuannya, menepuk-nepuk pelan pipi gadis itu. Para siswa siswi yang lainnya, berkerumun melihat Naina. Ingat, hanya melihat, tidak berniat menolong sama sekali.
"Nai, bangun." lagi-lagi Kay menepuk pipi Naina, terlihat raut khawatir di wajah pria itu.
Tidak ada respon dari Naina, tanpa menunggu lagi, Kay menggendong tubuh Naina ala bridal style, membawa gadis itu ke UKS. Sesampainya di depan UKS, karena masih pagi, ruangan itu belum terbuka, dan beruntungnya ada salah satu anak PMR yang mau membantu membukanya.
Kay membawa masuk Naina, membaringkan gadis itu ke salah satu brankar yang ada di sana. Karena dokter yang biasa berjaga di UKS belum datang, dan anak PMR tadi sudah pergi ntah kemana, jadinya Kay yang menunggu di sana, menemani Naina hingga bangun. Kay duduk di kursi yang di sediakan, tepat di samping brankar Naina. Kay terdiam, seraya memandangi wajah polos nan cantik gadis itu dengan pandangan memuja. Kay mengakui jika gadis itu sangatlah cantik.
![](https://img.wattpad.com/cover/253105983-288-k544785.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Teen Fiction[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...