Kay tidak henti-hentinya mengumpat dalam hati, kembali mengingat keinginannya lagi-lagi harus terurungkan karena kedatangan Bian dan juga Rega. Ah, ya, belum lama kedua pria itu datang, Vio dan Moa menyusul. Sepertinya mereka memang sudah merencanakan kedatangannya ini. Katanya sebelum mereka sibuk dengan kegiatan mereka sebagai mahasiswa, maka dari itu mereka menyempatkan diri untuk ke sini. Akan tetapi tetap saja, mereka datang di saat yang tidak tepat! Tidak seharusnya mereka datang mengganggu malam pertama pengantin baru!
Kau semakin geram, terlebih mengingat Bian telah membohonginya. Pria itu berteriak jika dirinya membawa obat pesanan Kay, akan tetapi nyatanya tidak ada. Demi Tuhan ingin rasanya Kay mencekik temannya yang satu itu.
Bian menyengir seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Maaflah Bro, obat kuatnya abis seriusan. Tapi kalo lo mau PO dulu, bisa kok."
Kay menatap Bian tajam.
"Wait? Apa tadi? O-obat kuat?" celetuk Vio, menelan susah salivanya.
Vio melirik Fay yang baru saja dari dapur untuk membuatkan mereka minuman.
Vio bergeser, mendekat ke arah Bian.
"Bener si Kay pesen obat kuat?" bisik Vio bertanya. Bian mengangguk.
"Mang ngapa? Lo mau juga?" Vio mendelik.
"Demi apa? Jangan bilang si Kay beli obat kuat buat persiapan malem pertamanya sama Fay?"
"Iyalah, emang apa lagi ege!"
Mendengar itu, Vio kembali menyorot ke arah Fay yang tengah berbincang ria dengan Moa.
"Mampus lo, Fay," gumam Vio.
"Eh, keknya si Fay seneng-seneng aja ye, kagak takut kali ya di anboksing?" kali ini Bian yang berbalik bertanya. Bukannya apa-apa, Bian hanya heran dengan Fay. Gadis itu terlihat sangat senang dengan kedatangan mereka tanpa merasa terganggu kerena malam ini adalah malam pertama mereka. Ah, lagi pula kalaupun terganggu, tidak mungkin kan, Fay memberitahu mereka.
"Bener juga. Eh, emang beneran sakit nggak sih, di anboksing?" tanya Vio.
"Yee,, gue mana tau, gue kan cowok."
Vio berpikir keras.
"Atau ... lo mau coba?" Bian menatap Vio menggoda.
Detik itu juga, sebuah jitakan cantik mendarat tepat di kepala Bian.
Ntah sudah yang keberapa puluh kalinya Kay berdecak kesal, mengingat teman-temannya ini sama sekali tidak mempunyai tanda-tanda akan pulang. Lain halnya dengan Fay. Gadis itu terlihat sangat lega, lega karena ada sedikit waktu untuk dirinya mempersiapkan diri. Tidak, Fay tidak ingin menunda, Fay tidak ingin menjadi istri yang durhaka. Maka dari itu, Fay akan memberikan hak suaminya itu. Hanya saja, Fay perlu memantapkan hatinya.
Jika Bian dan Vio tengah saling ribut ntah apa yang di ributkan, Kay yang hanya terdiam dengan rasa kesal yang sebentar lagi akan memuncak, dan Fay yang tengah asik berbincang dengan Moa. Maka beda lagi dengan Rega yang hanya terdiam dengan tatapan yang tidak pernah teralihkan dari Moa.
Rega tersenyum miris. Dadanya terasa sesak kala melihat senyum manis itu. Terlebih, ketika Moa membalas tatapannya, tatapan yang dapat Rega lihat, terdapat luka di dalamnya, sama seperti dirinya.
"Ekhem! Kayaknya sesi kunjungan kita harus berakhir sampai sini deh. Nggak enak, ganggu malam pertama pengantin baru," ujar Bian di akhiri kekehannya. Bukannya apa-apa, pasalnya sedari tadi Kay melayangkan tatapan tajam untuknya.
"Baru nyadar?" tanya Kay dingin. Bian menelan susah salivanya.
"Duh, garang bener Kay, udah nggak tahan ya?" goda Vio. Seketika jantung Fay berpacu sangat cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Fiksi Remaja[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...