Kay tengah berbaring memejamkan matanya seraya menikmati pijitan-pijitan kecil pada kepalanya, yang dimana sang adiklah pelakunya, siapa lagi jika bukan Debay. Mengenakan baju ala dokter lengkap dengan alat ala kedokterannya, Debay memperlakukan Kay layaknya seorang pasien. Ya, hari ini Kay tidak di izinkan bersekolah oleh Shena dengan alasan jika pria itu belumlah sepenuhnya sehat. Jadilah Kay terbaring di ranjangnya di temani oleh rasa bosan yang beruntungnya ada Debay yang menemaninya. Aish, padahal Kay sendiri sudah merasa sehat.
"Gimana Abang, enak nggak pijitannya doktel Deby?" tanya Debay, seraya memijat-mijat asal kening Kay dengan tangan mungilnya.
"He'em enak, saking enaknya ampe nggak kerasa," jawab Kay, masih memejamkan matanya. Benar memang, jangankan enak, rasanya saja tidak ada.
"Iya dong, doktel Deby gitu loh!" bangga Debay.
"Tumben panggil namanya Deby, biasa sukanya panggil Debay," ujar Kay. Kalian tidak lupa kan, kalau nama asli Debay itu Deby? Kay nya saja yang merombaknya sesuka hati.
Debay berdecak kecil. "Kan ntal kalo udah gede, udah jadi doktel, panggil namanya doktel Deby dong, bukan Debay lagi," ujar Debay menggemaskan. Jika saja Kay melihatnya, sudah bisa di pastikan, habis pipi gembulnya di unyel-unyel.
Kay membalasnya dengan dehaman tanpa berniat membuka matanya. Namun, jauh di dalam hatinya ia mengaminkan keinginan sang adik, yang dimana itu juga merupakan cita-cita terbesar Debay. Demi Tuhan, Kay sangat menyayangi adik kecilnya itu. Ya, walaupun bocah itu kerap kali membuatnya kesal dan marah. Ah, apalagi mengingat kejadian kemarin, kejadian dimana Debay mengagalkan acara kiss kiss nya dengan Fay. Aish, sepertinya Kay harus memberi hukuman dengan bocah ini.
"De, Abang haus, ambilin air dong," pinta Kay.
Debay tersenyum sumringah. "Siap! Tunggu ya, doktel Deby ambilin ail dulu." setelahnya Debay melesat keluar dari kamar Kay.
Kay terkekeh melihatnya. Menggemaskan sekali adik kecilnya itu. Kay tersenyum tipis seraya bergumam. "Semoga cita-citamu tercapai, Abang sayang sama Debay."
Kay merubah posisi yang tadinya berbaring, menjadi duduk dan bersandar di kepala ranjang. Kay meraba-raba, mencari dimana letak ia menaruh ponselnya. Dan ya, Kay menemukannya.
L
Kay melihat jam pada ponselnya, tepat menunjukkan pukul dua lebih dua puluh menit, yang artinya sekolah sudah di bubarkan beberapa menit yang lalu."Kangen Fay," gumam Kay. Aish, sepertinya ia sama sekali tidak tahan jika tidak bertemu dengan gadisnya itu walau hanya seharian saja. Ntah apa yang di lakukan oleh gadis itu, yang jelas saat ini Kay sangat mencintainya.
"Lama banget ke sini, apa gue chat aja kali ya." Kay menimang-nimang, hingga akhirnya ia memilih akan mengirimi gadis itu pesan dan memintanya untuk segera datang.
Kay mengotak-atik ponsel miliknya, membuka aplikasi WhattsApp disana. Saat hendak mengirimi Fay pesan, sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak di kenali, yang dimana isi pesannya adalah sebuah video pendek. Kay mengerutkan kening, lalu membuka pesan tersebut.
Kay meremas erat ponselnya dengan rahang yang mengetat, serta mata yang memancarkan amarah ketika melihat video tersebut.
"Sialan!" umpat Kay penuh emosi.
Kay melempar ponselnya ke lantai dengan nafas memburu, lalu memejamkan matanya, berusaha menetralkan emosinya. Tiba-tiba pintu di buka oleh seseorang dari luar sana.
"Abang mau sendiri, Debay main di lu--"
"Kenapa? Ada yang sakit?"
Kay membuka matanya terkejut. Ia melihat Fay berjalan tergesa-gesa menghampirinya dengan raut khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Fiksi Remaja[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...