Prolog:

53.7K 2.5K 12
                                    

"Ya ampun, Ma. Ini mesti banget nih aku pulang," dengus seorang gadis berkulit kuning langsat dengan nada kesal, wajah bulat telur dan rambut hitam panjang.
" Kan capek, Ma bolak- balik Jakarta- Semarang. Baru aja kemarin pulang dalam rangka selamatan Ayah, masa sekarang Mama mau aku pulang lagi. Emang ada apaan di rumah?"

"Windi kan mau nikah, Ra. Masa kamu nggak mau pulang?"

"Nikahnya kan dua bulan lagi," Ratri menyanggah. Hari ini suasana hatinya memang agak berantakan. "Nah makanya mama ngasih tahunya sekarang supaya kamu itu nggak kelupaan,"

Setelah  berantem hebat  sama Ergi,  emosinya jadi naik ke ubun- ubun. Dia merasa dirinya kecolongan dan bego. Tunggu!  Emang dia sebego  itu apa? Sampai nggak lihat tanda- tanda bahwa pacarnya selingkuh dari dirinya.

"Ma, menurut mama  ini Ratri  nggak peka ya? Atau bego? " bisiknya nggak yakin. Sebab, Ergi bilang begitu. Katanya Ratri nggak peka sama kebutuhannya?

"Bego gimana to, Nduk? Kalau bego kamu mana mungkin bisa masuk FISIP di Depok lewat SNMPTN? Liat tuh anaknya Bude Warti. Les ini itu. Ikutan bimbel ini itu, tapi Yo nggak keterima di universitas negeri to dulu? Kalah sama kamu dan malah jadi SPG hape gitu sekarang. Dandanannya aja ngalahin artis, kok." Duh, sejak kapan Mama jadi tukang ngegosip? Itu biasanya jadi kerjaan Bude Warti dan Bulik Anik. 

"Gitu, Ma?" tanya Ratri skeptis. Yang dimaksud sang Mama adalah Nania. Cewek berkulit putih, yang merasa dirinya sangat cantik. Ya, emang sih cantik. Tapi dia itu hobi playing victim.  Ratri kurang hobi bergaul sama sepupunya yang satu itu. Sejak kecil, mereka selalu iri pada Ratri. Terlebih soal baju, atau cowok.

Semua yang naksir Ratri, pasti langsung dicegat sama Nania.Termasuk seorang cowok sepupu  Mbak Windi yang usianya sepuluh tahun di atas mereka. Padahal, Ratri juga nggak naksir cowok itu. Baginya cowok tersebut cenderung gengges.

Akan tetapi Nania pernah membuat Ratri menjadi seperti pengecut di hadapan cowok itu. Dan di mata teman-teman mereka.

"Ya sudah . Nanti kalau cutinya dikabulkan, Ratri pulang. Lagian nggak enak masak kerja kok keseringan cuti gitu. Mana kantorku  lagi nggak slow gitu. Aku juga masih dalam masa probation di kantor,"

"Iya. Mama ngerti. Tapi diusahain pulang." Mamanya tetap bersikeras. "Terus Bude Nani ngasih kain buat kamu seragam pager ayu. Ini Mama jahitin di langganan Mama, ntar Mama kirim modelnya, ya."

"Terserah deh, Mam." Ratri menjawab skeptis. Saat ini dia sedang memperbaiki moodnya sehabis bertengkar dengan Ergi. Membuka laptopnya untuk siap-siap nonton serial. Lalu sekelebat pikiran muncul dalam otaknya. "Tapi Nia juga jadi pager ayu nggak sih, Ma?"

"Ya jelas. Nia kan juga sepupumu. Kalau nggak dijadiin pager ayu, dia bisa mencak-mencak. Lha wong ada Bhaga kok,"

***

Soon To Be HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang