Enambelas

15.1K 1.2K 3
                                    

Segelas cokelat panas yang menemaninya malam itu. Sambil bengong di depan layar televisi yang menayangkan infotainment yang anehnya mengudara pada pukul tujuh malam. Berita artis yang mengalami KDRT, artis senior pacaran dengan pria yang 15 tahun lebih muda, atau artis yang mau pindah agama. Demi Tuhan Ratri tidak tahu lagi ini dunia isinya hal- hal nggak masuk akal semua.

Lampu kamarnya sengaja dimatikan. Teman- teman kosnya yang biasanya berkumpul di kamarnya juga pada menghilang entah ke mana. Nanda mungkin pergi siaran atau apa.

Dia pernah bilang pada mamanya bahwa ia tidak  ingin pindah kerja di Semarang karena di sana menurutnya sepi. Faktanya di Jakarta pun dia terkadang juga merasa sangat kesepian. Hanya saja di Semarang banyak sekali kenangan yang membuatnya cukup trauma.

Merebahkan kepalanya ke sandaran sofa, Ratri mencoba mencari tayangan yang lebih menarik. Jam tujuh malam begini aneh banget nonton infotainment. Dia ingin nonton film. Meskipun filmnya banyak yang  nggak jelas alias dia nggak paham alur ceritanya karena disambi melamun.

Dan cukup beruntung saat akhirnya menemukan wajah Angelina Jolie dalam kostum petualangan dengan rambut dikepang di belakang. Saat itu handphone nya berbunyi dari atas meja nakas. Sambil menggerutu ia bangkit dan melihat nama si penelepon. Mengernyit ketika mendapati nama sepupunya. Dana.

"Kenapa, Dan?"

"Ih, Mbak Ratri..." terdengar suara melengking dan kemudian disusul dengan sebuah decakan. "Mbak mbok aku ditulungi. Itu Bapak minta aku untuk masuk ke ITB. Katanya di sana  jurusan tekniknya  yang bagus. Opo hubungane karo aku,"

"Lha terus aku bisa bantu gimana? Ratri jadi bingung sendiri.

"Aku penginnya tuh ambil desain komunikasi visual atau IT gituuuu!"

"Ya ngomong dong ke Pakde. Kan beres." Ratri menjawab acuh tak acuh.

Keluarga Pakde memang rata- rata berpendidikan tinggi dan punya pekerjaan yang mentereng.

Dana sudah dianjurkan untuk sekolah jurusan teknik arsitektur  atau sipil karena mungkin  Pakde ingin ada yang meneruskan usaha keluarga yang bergerak di bidang subkontraktor bangunan atau apa. Yang jelas, kalau Dana ambil arsitektur, perusahaan Pakde bisa punya keunggulan karena punya tenaga ahli  dari keluarga sendiri.

"Sudah pokoknya besok aku mau minggat ke Jakarta saja. Mbak Ratri jangan bilang- bilang ke Bapak. Kalau nggak setuju, aku mau minggat ke Riau, ikut Reno!"

"Heh! Ngaco! Dasar lebay. Begitu doang masa sampai mau minggat sih, Dan. Kasihan tuh Bude. Sudah deh, ini kan masih agak lama kamu lulusannya,"

"Justru temen- temenku sudah pada daftar ke kampus favorit mereka,"

"Lha kalau ngambil DKV kamu mau ke mana?"

"Jogja kek. Semarang. Undip gitu. Atau Solo, atau Jakarta. Pokoknya yang jauh kalau bisa. Mosok seumur hidup aku arep dikempit ketek bapak Ibu terusan?! " Jeda. Hening. "Atau aku iyain aja saran bapak untuk ambil teknik itu tapi begitu sampai Bandung, aku ambil DKV! Gimana? Cerdas kan adikmu ini?!"

"Itu sih lo yang dodol!" sembur Ratri jengkel. Otak kriminal cowok satu ini memang patut diacungi empat jempol.

"Kalau sampai macem- macem yang kena tuh pasti ibumu, Dan. Kasihan kan Bude. Jangan ngawur begitulah. Sekarang sudah gede itu mbok ya tanggungjawab dikit sama diri sendiri. Nggak selamanya kamu itu jadi cowok sekolahan terus."

"Jadinya Mbak Ratri nggak dukung aku? Setelah semuanya?" bocah itu kembali mencicit. Dasar anak manja! Nggak jelas banget . Hobinya bikin drama saja!

Soon To Be HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang