Ratri ingin mampir ke Supermarket di kawasan SCBD, sebelum pulang ke kosannya. Dia perlu membeli barang-barang yang habis. Dan beberapa teman kosnya juga menitip barang-barang pribadi seperti pembalut dan keripik kentang dan banyak lagi.
Supermarket sama seperti Toy's Kingdom bagi pecinta mainan, dan bagi Ratri sendiri, itu hanyalah sekedar tempat yang harus didatangi sementara barang-barang kebutuhannya di kos mulai habis. Ratri sudah terbiasa berbelanja di manapun. Saat akan mengambil beberapa mie instan, ada satu tangan cokelat terulur. Saat gadis itu mendongak, ia mendapati seseorang dengan ekspresi wajah sinis dan rambut ikal balik mengamatinya dalam diam.
Ratri tidak tahu harus bersikap bagaimana. Namun kalau menurut pendapatnya pribadi, seharusnya dia cuek saja dan pergi setelah mengambil mie instan untuk acara nonton K- Drama itu, namun sekarang ini Bentala adalah tim yang mengepalai dekorasi acara peluncuran produk Kencanawungu kosmetik. Dan Mbak Ara bilang, bersikaplah baik pada klien atau kolega meski sedang tidak dalam mood bagus.
Jadi Ratri cuma menarik sudut-sudut bibirnya. Tersenyum tipis kearah Bentala yang kali ini menatapnya dengan takjub.
"Lo asli Jakarta?" tanya pria itu tiba-tiba, sambil membolak-balik bungkus mie instan di tangannya dan tanpa melihat ke arah Ratri lebih lanjut.
"Ungaran. "
Pria itu mengangguk, setelah meletakkan sepuluh bungkus mie instan ke dalam keranjangnya. Lalu beralih ke rak satunya untuk meneliti kornet dan tuna kaleng. Dan hening.
Ratri selesai dengan mie instannya, dan sekarang dia harus pindah ke rak aneka saus- sausan yang kebetulan berada di samping rak makanan kaleng. Mengambil dua botol saus sambal, kecap manis, kecap asin, saus tomat lalu pindah ke makanan kaleng. Namun tetap tidak ada pembicaraan. Tidak menoleh sedikitpun ke arah Bentala yang kini sudah pindah ke rak berisi bumbu- bumbu instan.
Well, ia agak bersyukur juga karena tidak harus berbasa-basi dengan orang yang baru dikenalnya. Namun gadis itu tetap berpamitan pada Bentala saat akan pergi. Dan pria itu hanya melempar senyum sekilas.
***
Ergi sudah duduk di ruang tunggu kos- kosan dengan muka segar. Well Ergi memang selalu memperhatikan penampilannya kapanpun, di manapun.
Senyumnya merekah saat melihat kedatangan Ratri. Pria itu kemudian bangkit berdiri dan menghampiri gadis yang ia kira masih jadi kekasihnya.
Sayang sekali, muka Ratri malah kelihatan superkusut. Gadis itu membawa tas kain besar berisi belanjaannya.
Nanda salah satu tetangga kosnya langsung menghampiri. "Lo beliin pesanan gue?"
"Iya!" jawab Ratri agak jutek. Nanda cuma mengangkat bahu, sudah terbiasa dengan sikap jutek Ratri. Tapi biarpun jutek, Ratri adalah teman yang baik. Nanda segera mencomot losion titipannya, sebungkus besar pembalut, dan sabun mandi cair.
"Lainnya gue ambil nanti aja."
Ratri cemberut. "Ini tuh di sini ada cowok! Seenaknya aja ngambil!"
Nanda menoleh ke belakang Ratri. Dan baru menyadari bahwa ada Ergi di belakang Ratri, gadis yang bekerja di stasiun radio itu hanya cengengesan. "Eh, ada Bang Ergi. Gue nggak tau lho, Bang, kalo lo berdiri di situ. " Kata Nanda enteng. Ratri mencibir ke arah gadis itu.
"Ya udah gue permisi dulu. Trims ya, Ra. Gue tinggal ke atas!" Nanda segera melesat bak meteor kembali ke bangunan kos-kosan yang berbentuk U tersebut.
"Ada perlu apa?" tanya Ratri tanpa basa-basi. Dia tetap berdiri dan melipat kedua tangannya di dada.
"Aku tadi mampir ke tempatmu. Tapi kata sekuriti kamu udah naik ojek daring pulang. Tadinya mau ngajakin makan di luar."
"Mampir belanja tadi. "
"Kenapa tadi nggak bilang aku. Kan aku bisa nganterin kamu daripada naik taksi." Ergi berubah agak kesal. Nada bicaranya naik beberapa oktaf. Namun Ratri tak peduli.
"Di ... kamu masih marah sama aku?"
"Aku bahkan udah bosen, ngomongin hal yang sama, sama kamu." Ratri memutar bola matanya dengan jengah. Lelah. Karena lelaki ini benar- benar nggak mengerti penolakan. Egonya mungkin sudah sebesar gajah, jadi dia nggak bisa melihat kesalahannya sendiri, sementara itu adalah sebuah kesalahan yang nggak termaafkan.
"Aku udah tinggalin perempuan itu. Aku baru sadar kalo selama ini aku sayangnya cuma sama kamu aja. Aku tahu kalo aku tolol banget pernah berbuat begitu sama kamu. Aku menyesal."
"Aku tahu,"
"Jadi kita balik lagi?"
"Nggak ada yang bilang kita bakal balikan, Ko." Kata Ratri tandas dan kering. Membuat Ergi frustrasi dan menyugar rambutnya yang mulai gondrong melewati tengkuk itu dengan tangannya yang berhias jam tangan Cartier.
Mau tak mau Ratri memperhatikan sosok di hadapannya ini sekilas. Penampilan Ergi sejak dulu memang terkenal mahal. Mulai dari kemeja yang dikenakannya, yang tak kurang dari merek-merek terkenal seperti Brioni, Zegna, Hugo Boss, Armani, Calvin Klein, dan sekitarnya. Belum lagi celananya. Jaketnya. Malam ini saja lelaki itu mengenakan jaket Moschino warna putih yang sejak tadi banyak dilirik oleh penghuni kost baik yang lelaki maupun perempuan.
Jangan lupakan jam tangan Cartier yang melingkari lengan kanannya, lalu sepatu Balenciaga Triple S merah hitam yang membalut kakinya. Mungkin orang-orang yang tahu berapa total outfit yang menempel di tubuh pria itu akan mengincarnya.
Seperti anak kuliahan di kos putra. Mereka semua pasti tahu, segala barang yang dikenakan Ergi bisa untuk membeli satu unit Toyota Kijang Innova.
Lalu sekonyong-konyong pikiran Ratri lari ke sosok yang ditemuinya di Ungaran. Bhaga.
Biarpun laki-laki itu sombong, menurut Ratri, namun tidak pernah pamer kekayaan dengan mencomot isi butik-butik branded lalu ditempelkan ke tubuhnya.
Bahkan Bhaga punya penghasilan sendiri. Dari pekerjaannya sebagai PNS dan usaha sampingannya beternak ayam dan ikan. Dan hal itu menimbulkan suatu kesadaran bahwa untuk masa depannya Ratri tidak mungkin gegabah memilih lelaki yang masih mengharapkan uang saku dari ibunya atau masih dituntun oleh orangtuanya.
"Sori, Ko. Sebaiknya kamu pulang aja. Aku capek banget hari ini. Semua persiapan peluncuran produk Kencanawungu bikin aku muter-muter Jakarta hari ini. Mungkin lain kali."
Wajah Ergi mendadak berubah pias. Lalu memerah. Semua orang yang mengenal pria itu pasti tahu, bahwa dia tidak suka ditolak. Ergi adalah tipikal pria yang selalu mendapatkan apa yang ia mau. Tak peduli jika ia harus menggunakan cara-cara licik.
Maka dari itu Ratri berusaha agar tak menyakiti atau menyinggung perasaan lelaki itu. Ia ingin masalah ini berakhir dengan damai.
Usia Ratri masih 23 tahun, dan ia tidak ingin terjebak dengan hubungan toxic yang menyesatkan. Sejak dulu ia ingin melewati masa mudanya dengan bahagia, karena masa remajanya ia selalu dikekang oleh ketakutan pada sang ayah yang selalu menerapkan disiplin tinggi pada putra-putrinya. Tak peduli lelaki ataupun perempuan, bagi ayahnya dulu semua anaknya harus kuat dan disiplin dan mandiri.
"Gimana kalau besok?"
"Kita lihat besok, Ko." Jawab Ratri yang hanya ingin urusan ini segera selesai agar dia bisa naik ke kamarnya untuk bertukar pakaian dan memasak mie instan sambil nobar bareng para tetangga kosnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Soon To Be Husband
ChickLitRatri harus pulang saat saudara sepupunya menikah. Masalahnya dia barusan putus dengan Ergi, cowoknya yang doyan selingkuh. Terlebih, Mbak Windi memaksanya untuk jadi salah satu pagar ayu di acara tersebut. Dan celakanya, salah satu pagar bagus di a...