Entah bagaimana kisahnya Ratri bisa berakhir di dalam mobil milik Yuke yang saat itu berisik bukan main oleh lagunya Kwon Ji Yong alias G- Dragon.
Mobil itu diisi oleh enam orang yang duduk berjubelan--- dan sumpah! Rasanya Ratri ingin melempar mereka semua ke jalan tol.
"Pyeonghwa ppaegi hana modu middle fingers- up."
"Eomji- eomji yakji saekki..."
"Jeobgo jungii seweo..."
"Olligo, dolligo, nolligo now..."
"Igeona cheyo meogeo- meogeo..."
Suara Yuke, Ranya, Adisty, Kintan, dan Yuke bersahutan.
Ratri hampir kegencet duduk di antara Ranya, Nagisa dan Adisty-- yang seharian ini ikut Gretha ke Bandung. Itulah sebabnya mereka baru cabut jam sembilan malam dan nongkrong di Remedios Café dulu, karena nungguin Disty dulu.
"Ini nggak kena tilang? Overload loh!"
"Lo nggak liat ini jam berapa? Nggak pernah main malem- malem ya?" tukas Yuke sengit.
"Tau nih, si paling anak mami. Hidup tuh cuman sekali masa lo habisin dengan bertapa di dalam kamar kos sih?"
"Btw nih, Mbak, gue denger- denger Alin yang temen lo tuh resign ya? Gue tadi sempet ngekorin Mbak Gretha ke tempat si Nyai Intam, katanya ada anak marketing yang udah ngajuin surat resign gitu," Adisty yang junior enam bulannya Ratri
"Bukan berarti itu Alin kan?"
"Terus kemarin lo dipanggil Cedric tuh buat apa? Jangan bilang ini buat proyek bulan depan itu ya? Basi tahu nggak. Lo boleh bohongin orang lain diluar divisi kita. Tapi lo nggak bisa bohongin kita- kita," tegas Yuke, "ya nggak, gaes!" Baik Ranya, Nagisa, Adisty, maupun Kintan cuma diam saja. Tapi mereka mengangguk bebarengan. Aura Yuke memang mirip seperti tukang gencet di sekolah. Mengintimidasi.
Tapi Ratri merasa nggak terintimidasi. Pandangan matanya bertemu dengan sepasang mata Kintan lewat rear- view mirror. Gadis yang lebih senior dua tahun dari Ratri itu mengedipkan mata sekali. "Gue nggak dalam kapasitas buat bocorin ini sih," Ratri masih memutar otak untuk memberi jawaban yang memuaskan pada Yuke, tanpa membongkar rahasia sahabatnya. Memejamkan matanya, Ratri kemudian berkata, "Pak Cedric pengin gue masuk divisinya,"
Dia tahu Ranya, Nagisa, dan Adisty sedang berusaha menahan tawa mendengar kebohongannya. Tapi muka beloon yang sengaja dipasang Ratri malah bikin Yuke percaya, menelan kebohongan Ratri mentah- mentah.
***
Echidna berdiri angkuh di sudut jalan. Bangunan sebelas lantai itu dipenuhi oleh aneka tempat hiburan. Lantai satu dan dua ada kafe dan restoran, lantai tiga ada salon dan spa, lantai empat ada butik milik perancang muda, Amanda Malika Jafar yang punya label Madeira, Manika, dan AMJ Style. Lalu ada karaoke di lantai lima, lounge di lantai tujuh. Lantai sembilan adalah Echidna night club, sisanya adalah ruangan pribadi Tjaraka Narrotama, pemilik gedung sekaligus lounge dan night club yang menjadi legenda di kalangan penikmat dunia malam.
Nggak ada yang tahu pasti tentang sosok yang katanya menguasai dunia hiburan malam itu. Dan konon katanya ada night club serupa bernama Heracleion yang dimiliki oleh saudara seperguruan Caraka, Nagara.
Tapi apapun itu, Ratri sebenarnya nggak ingin berada di tempat ini. Bising dan penuh orang-orang mabuk. Hiruk pikuknya membuat gadis itu jadi tambah pusing. Mendingan kan pulang, bikin ramen instan dan lanjut nonton series di laptop.
Mereka duduk di sofa warna hitam. Pramusaji datang dan semuanya berlomba- lomba untuk memesan minuman. Orange Martini, Singaporean sling, Pina Colada dengan banyak rum, dan Tequilla. Ketika giliran Ratri yang harus memesan dia agak kebingungan. Yuke menatapnya dengan penuh intimidasi. "Mineral water saja," akhirnya Ratri berkata mantap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soon To Be Husband
ChickLitRatri harus pulang saat saudara sepupunya menikah. Masalahnya dia barusan putus dengan Ergi, cowoknya yang doyan selingkuh. Terlebih, Mbak Windi memaksanya untuk jadi salah satu pagar ayu di acara tersebut. Dan celakanya, salah satu pagar bagus di a...