Tigapuluh dua

12.2K 1K 23
                                    

Ratri bersumpah pada dirinya sendiri baik di kehidupan sekarang maupun kehidupan selanjutnya, bahwa dia nggak akan pernah menginjakkan kakinya ke dalam tempat terkutuk.

Bukan apa- apa, tapi malam ini saja dia mesti menggiring tiga sahabatnya yang jackpot ke toilet Echidna yang mewah pake banget itu. "Gilaaak... Nyak, menurut lo gimana ya rasanya bercinta di toilet semewah ini...haik...!" Ratri sih lebih baik lembur menggarap newsletter atau menghadapi pengaduan klien yang tambeng ketimbang mengatasi tiga orang mabuk sekaligus. Untung saja ada pria jangkung berkepala plontos dalam balutan seragam kemeja hitam yang merupakan pegawai Echidna--- bersedia membantu Ratri untuk menggiring tiga sahabatnya yang tipsy dan meracau nggak jelas sambil cegukan.

Bisa- bisanya di depan cowok bilang soal bercinta di toilet? Ini juga, si Adisty. Nggak biasa drunk pakai acara pesan Pina Colada minta  banyak rum dengan alasan konyol, kemudian joget- joget ala Michael Jackson dalam video klip Thriller.

"Mau dipanggilin taksi, Kak?" Si pria plontos tadi menawarkan bantuannya sekali lagi. Ratri mengangguk. Ranya terus berdiri dan nyelonong keluar dari rest area yang dipergunakan untuk pengunjung yang mabuk dan sedang menunggu jemputan. "Nya, jangan ke mana- mana dong! Lo itu ngerepotin gue saja!"

Sekarang cewek itu malah joget- joget gaya bebas, tepat ketika seorang pria yang seperti keluar dari katalog Calvin Klein muncul dan Ranya menabrak dadanya tanpa sadar.

"Ups, sorry," lalu cekikikan. Pria Calvin Klein itu menghampiri Ratri yang memegangi bahu Adisty yang terus tersenyum tanpa henti, sementara Nagisa yang entah minumannya dicampur dengan apa mulai belingsatan di atas sofa. Untung tadi bartender menghampirinya ke sofa untuk memberitahu Ratri bahwa temannya mungkin butuh bantuan. Kintan pergi dengan kenalannya, sementara Yuke dipepet bule yang mungkin sudah mengajaknya ke hotel terdekat. Atau paling parah ke mobil si bule dan mereka melakukannya di jok belakang mobil, di parkiran.

Kali ini Gisa malah sudah menarik- narik roknya ke atas. "Nagisa!" saking paniknya, Ratri membentak gadis yang sudah nyaris memamerkan celana dalamnya. Gila. Ini baru pertengahan minggu dan dia harus mendapatkan cobaan seperti ini. Sedih.

"Saya dari manajemen Echidna, Anda butuh bantuan?"

Ratri mengangguk. Menggeleng. Lantas mengangguk lagi. Pria Calvin Klein yang wajahnya mirip Xu Kai di She and Her Perfect Husband itu mengamati Ratri yang sudah pucat dan kebingungan. "Tadi mas yang kepalanya plontos sudah manggilin taksi buat kami, tapi kalau Anda nggak keberatan... Nagisa Amanda Subiakto! Jangan lepas baju lo!!!" Tanpa bisa dicegah lagi, Ratri bangkit dari duduknya dan terbang ke arah sofa tempat Gisa sudah hampir melepaskan blus kuningnya. Kulit perutnya yang putih sudah mengintip, dan karena itu juga, Disty yang ditinggalkannya hampir terjerembab ke depan dan mencium lantai marmer, untung si Calvin Klein sigap menahan tubuh gadis itu. Gerakannya cepat dan tangkas mirip anggota Kopassus. Atau barangkali dia bodyguard bayaran. Yang paling parah sih pembunuh bayaran atau oknum human traficking.

Kontan mata Ratri membelalak waspada, namun pria jangkung dengan setelan mahal dan wajah superbersih itu malah menyuguhkan senyum tulus tanpa pretensi, seolah bisa membaca pikirannya, si pria Calvin Klein itu berkata, "saya bukan oknum human traficking atau pembunuh bayaran," katanya mantap. "Raka," katanya.

Sementara Raka menelepon seseorang, Disty yang masih berada dalam rengkuhan pria itu mulai meracau.

"Eee dolanan dakonn...ci...hihihi,"

"Watu item... bolong...hihi..."

"Mata indah bola pingpong..."

"Masihkah kau kosong..."

Soon To Be HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang