Tigapuluh tiga

11.7K 1K 34
                                    

Siang itu Bhaga baru pulang dari tempat kerja paruh waktunya di sebuah percetakan. Lembur nonstop karena musim kawin membuatnya harus bersedia bekerja hingga pagi hari lagi.

Setelah keluar dari kamar mandi, dia hanya mengenakan celana pendek, dengan handuk masih terkalung di lehernya. Saat itu juga Riani masuk dengan wajah pucat, mengunci pintu kamar Bhaga di belakangnya. "Bhaga, tolongin aku..."

Bhaga yang sedang dalam posisi nggak menguntungkan itu tentu saja kaget. Dia sedang dalam keadaan rentan. Hanya mengenakan celana pendek, dan karena belakangan cuaca Sleman semakin panas, jadinya cowok yang bermaksud ngadem itu nggak pakai celana dalam. Riani cantik . Dan jujur saja dia tergoda untuk memeluknya dan menghabisinya di ranjang yang letakknya hanya tiga langkah dari tempatnya berdiri mematung. "Tolong, Ga..."

Gadis itu menangis sesunggukan dan dia bingung. "Aku khilaf. Tolong..."

"Khilaf bagaimana to, Ri? Cerita jangan setengah- setengah..."

"Aku khilaf. Sekarang aku hamil satu setengah bulan, Ga." ucapnya lirih.

"Ha?!"

"Tolong... Tolongin aku, Ga ... Aku bisa digoreng sama bapakku kalau ketahuan hamil tanpa nikah," wajah gadis yang biasanya tampak ayu dan segar itu tiba- tiba berubah pucat dan tampak sepuluh tahun lebih tua.

Bhaga rasanya seperti baru ditabrak kereta. Hamil? "Ini anaknya Bentala, Ri?"

Sambil berurai air mata dan tetap sesunggukan, Riani menggeleng dengan kepala tertunduk. "Maka dari itu kamu tolongin aku, Ga. Ben nggak mungkin mau tanggung jawab. Dia itu egois..."

Jelas saja Ben nggak akan mau tanggungjawab kalau yang ada di kandungan itu bukan anaknya!

Bhaga mendesah tak habis pikir. Saking syoknya, dia yang hendak memakai kaus, jadi batal dan malah mondar- mandir di kamarnya yang sempit sementara Riani sudah duduk di atas ranjangnya. Menangis.

"Kapan kamu tahunya Ri?" Bhaga masih mencoba untuk menggunakan akal sehatnya, meskipun dalam hati dia menyumpah. Kenapa harus dirinya yang dihadapkan pada persoalan sepelik ini?

"Pagi ini..."

Di saat yang sama, seorang cowok gondrong dan hitam karena kulitnya sering dipanggang matahari itu berjalan memasuki pekarangan kos yang ditempati Bhaga. Masih menyandang carrier ukuran 20 liter, dengan celana kargo dan kaus lengan pendek. Senyum kekanakan tersungging dari bibirnya yang tipis dan menghitam akibat terkikis zat nikotin. Namun langkah cowok itu terhenti ketika mendekati kamar Bhaga. Telinganya menangkap suara- suara aneh. Suara tangisan perempuan. Yang mana hal itu nggak biasa terjadi di kamar Bhaga.

Karena cowok itu nggak terbiasa membawa perempuan ke kamarnya. Paling banter ke Kaliurang dan mojok di salah satu warung atau tempat sepi lainnya. Alasannya adalah karena dia takut kalau tiba- tiba ibu dan ayahnya muncul.

Saat hendak berbalik karena takut mengganggu sahabatnya, tiba- tiba pintu kamar Bhaga menjeblak terbuka,  bersamaan dengan menghamburnya seorang gadis yang amat Bentala kenal. Riani.

Pacarnya sendiri.

***

Hal itu juga yang membuat Bentala himgga sekarang hidup nggak tentu arah. Dia kecewa.

Dia amat mencintai Riani yang dulu jadi kembangnya kampus mereka. Mendapatkan gadis itupun bukan perkara mudah baginya. Dia harus bersaing dengan banyak cowok lain yang lebih segala- galanya darinya. Dan Riani akhirnya memilihnya setelah pengejaran berbulan- bulan.

Soon To Be HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang