Story Of Mr And Mrs Nirankara part VIII

13.7K 1.1K 38
                                    

"Itu detak jantungnya ya, Dok?" Bhaga bertanya dengan suara dan pandangan takjub. Ekspresinya persis seperti ketika dia tahu bahwa yang dijodohkan dengannya adalah Ratri. Seperti lima tahun yang lalu. Kebahagiaan membanjiri hatinya karena bisa sampai pada tahap ini--- mendengar detak jantung bayi dalam perut istrinya. Dulu kehamilan Ratri hanya bertahan paling lama sampai tiga bulan saja. Jadi ini mirip seperti mukjizat bagi lelaki yang tahun ini memasuki usia 40 tahun. 

Dokter berusia awal empat puluhan, berwajah tampan itu tersenyum simpatik. Hati Bhaga berbunga- bunga. Dokter Zamzami adalah rekomendasi Mbak Mila dan Mbak Riris. Awalnya,  Bhaga memprotes pilihan dokter obgyn istrinya. Bagaimana tidak? Dokter itu rupanya ganteng sekali. Dan meskipun usianya sudah kepala empat, tapi penampilannya tidak setua usianya. Dan Ratri selalu sangat bersemangat jika jadwalnya berkunjung ke dokter yang punya muka sebelas dua belas dengan Pope Thanawat  tersebut.

Tapi kejengkelan Bhaga menguap ketika mendengar detak jantung anaknya. Bahkan matanya sampai berkaca- kaca. "Jadi usia kandungannya sudah 16 minggu ya, Pak, Bu. Apakah ada keluhan?" Dokter Zamzami kemudian kembali duduk di kursinya, suster sigap membereskan alat- alat untuk Ultrasonografi- nya. Sementara Bhaga membantu Ratri untuk merapikan pakaiannya kembali. Untungnya perempuan itu tidak memakai terusan. Tahu akan di- USG, dia memilih atasan berupa blus bergaya babydoll dan celana berpinggang karet yang nyaman. "Apakah masih terasa mual- mual?"

"Sudah nggak terlalu, Dok. "

Sang Dokter mengangguk. "Pernah muncul bercak kecokelatan?"

Ratri menggeleng. Bhaga membantu--- hampir menggendongnya turun dari ranjang periksa. Kontan mulut Ratri mengerucut. Mereka kemudian duduk di depan dokter Zamzami yang tengah mengisi status. "Makannya gimana?"

"Lumayan bisa masuk dok. Nggak kayak awal- awal dulu."

"Apakah ada pantangan, Dok?" Kali ini Bhaga yang bertanya.

Sang dokter menggeleng. "Pantangan sih sebenarnya nggak ada. Hanya saja jangan sampai makan makanan mentah ya. Makanan mentah bisa membawa bakteri masuk ke dalam tubuh. Dan karena ibu harus berbagi makanan dengan si bayi, jadi lebih baik hindari makanan- makanan yang berpeluang membawa masuk bakteri seperti ikan mentah, sayuran mentah, atau telur setengah matang." Jelas dokter tersebut dengan nada bicara yang menenteramkan hati.

"Kalau buah- buahan tertentu, Dok?"

"Kalau itu sih tergantung pada ibunya. Tapi kadang ada makanan atau buah- buahan yang berefek nggak baik lantaran si Ibu punya alergi atau dampak tertentu saat mengkonsumsi makanan tersebut. Misalnya saja durian, ya kan? Kadang ada yang eneg sama bau durian. Nah karena eneg itu malah jadi menstimulasi otak, sehingga  tensi darah seseorang jadi naik. Durian dan nangka agak sensitif ya, Pak, Bu karena biasanya dalam keadaan tidak hamil pun buah- buahan tersebut bisa kurang nyaman bagi perut sebagian orang. Apalagi ini kan orang hamil . Kalau mau, rutin saja makan anggur merah lima butir perhari. Atau stroberi. Buah- buahan itu bisa bikin kulit si bayi bersih,"

"Kalau makanan pedas, dok?"

Si dokter kembali tersenyum dengan raut simpatiknya , membuat kadar ketampanannya berlipat, dan Ratri menatapnya dengan sorot mata memuja sekaligus  mendamba pada saat yang bersamaan. Dia lumayan yakin jabang bayi ini perempuan. Buktinya setiap melihat lelaki tampan dia langsung salfok. Dan itu yang belakangan bikin Bhaga kesal lantaran istrinya berubah ganjen. Lihat teman- teman Dana pas mampir ke rumah di Ngaliyan, pasti langsung terpesona. Bahkan waktu Asti datang sama seorang lelaki yang yah... ganteng sih, Ratri langsung merapikan dandanannya demi menemui lelaki yang digadang- gadang akan jadi calon bapaknya Azmi itu. Pokoknya tabiat baru Ratri ini bikin Bhaga kelabakan bukan main.

Tapi ada teori superngawur dari Dana yang bikin Bhaga kesal pada sepupunya itu. "Ya gimana ya, Mas? Jabang bayi itu pasti nurutin tabiat salah satu orangtuanya. Yah Mas Bhaga tahu sendirilah... Kan Mas dulunya kayak apa. Perempuan mana saja diiyain. Tuh... Kalau anak Mas cewek dan ganjen. Gedenya tiap malam Minggu diapelin sama cowok- cowok, terus piye, Jal? Atau kalau dia cowok, tiap jam telepon bunyi cuma buat dengerin curhatan mantan- mantan anaknya Mas tuh. Pusing nggak?"  Yang bikin Bhaga jadi ketar- ketir bukan main. Apa saja, Ya Tuhan. Apa saja! Asal jangan sifat ganjennya yang menurun ke anaknya. Tobat sih kalau sampai kejadian.

Soon To Be HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang