Tujuh

22.8K 1.8K 17
                                    

"Mau es dawet nggak? Ada yang jual dawet ireng. Rasanya maknyus. Manisnya pas!" Ratri baru mendaratkan bokongnya di atas kursi plastik, di depan sebuah meja kayu jati besar nan kokoh yang penuh dengan buku entah apa itu, yang jelas meja tersebut adalah meja kerja Leona.

Cindy Leona Soekmodjo adalah gadis tinggi dan langsing keturunan Tionghoa. Dia teman Ratri di SMA. Mereka cukup dekat karena Leona sering meminjami koleksi bukunya pada Ratri.

Nggak seperti para remaja putri pada umumnya yang suka berkelompok atau geng- geng an, Leona bergaul dengan siapa saja ia mau. Begitupun dengan Ratri, hal itu yang tanpa Ratri sendiri sadari membuat kedekatan antara keduanya terjalin.

Secara fisik Leona seperti orang Tionghoa pada umumnya, kulitnya putih, rambutnya hitam lurus dan bagus. Wajahnya yang berbentuk oval adalah sebuah keberuntungan karena gadis itu jadi terlihat sangat cantik. Apalagi bibirnya yang selalu merah alami, membuat banyak teman- teman mereka iri. Namun bagi Ratri sendiri yang membuatnya iri dengan gadis berlesung pipi itu adalah prestasinya. Leona meskipun terlihat lebih sering memegang novel atau chicken soup atau serial cantik, tapi nilai- nilai mata pelajarannya selalu stabil.

Barangkali hal itu pula yang bikin Felix Sebastian Soerdjo terpikat padanya.

"Bentar deh. Baru juga duduk. Kamu apa kabar?" tanya Ratri dengan seulas senyum tipis saat mengamati kios seluas 5x 6 meter yang dulunya garasi tersebut. Koleksi bukunya tampak melimpah. Ada delapan rak besar menjulang hingga ke langit- langit berisi koleksi Leona sejak kecil. Lalu satu tambahan rak agak pendek untuk koleksinya yang bisa dibeli dengan tulisan sale 50%.

"Tambah sukses ya kamu sekarang?"

Leona tertawa lebar. Tawanya renyah. Gadis lulusan sebuah universitas swasta di Semarang itu memang gampang tertawa dan jarang tersinggung. Hal itu pula yang bikin Ratri agak iri padanya. "Biasa aja. Ini kan ngumpulinnya sejak bisa baca kelas satu SD dulu. Dan zaman sekarang ini kalo koleksi terbatas ya kalah aku sama platform baca onlen yang lagi menjamur itu," tangan Leona yang putih ramping bergerak ke arah laci, mengeluarkan camilan- camilan yang berada dalam stoples mungil. "Cobain ini," lagi- lagi deretan gigi indahnya mengintip. "Aku bikin sendiri. Lebaran kemarin iseng- iseng eh laku keras!" dia terkikik lagi.

Ratri nggak heran kenapa bisa- bisanya Leona yang notabene anak dari pengusaha distribusi bahan bangunan itu masih sempat- sempatnya bikin kue untuk dijual? Karena memang sejak dulu otak bisnisnya sudah main. Waktu sekolah dia sempat terima pesanan Siomay yang rasanya benar- benar enak.

Ratri tanpa sungkan mengambil kue kacang, lantas menggigit kecil ujungnya. Terdengar bunyi gonggonan anjing. Leona kontan berteriak, "Helloween! No!"

"Helloween?" Ratri mengernyit. Seingat Ratri dulu anjing Leona namanya Jason. "Oh, iya. Jason udah meninggal dua tahun yang lalu. Maklum udah tua. Udah sakit- sakitan." Wajah bak peri itu berubah muram. Lalu didetik berikutnya seulas senyum kembali terbit. "Yang ini hadiah dari Felix by the way," ia memamerkan sipunya.

"Felix? Masih awet aja kalian! Kirain udah ganti. Dulu kayaknya Ko Lukas juga naksir kamu, kan?"

Dia cuma mingkem dan ngangguk. Yah, ada Lukas, Gerrard, Artha, tapi yang dipilih Leona tetap Felix. Felix Sebastian Soerdjo. Cowok yang mukanya mirip artis FTV Fendi Chow itu. Dulu Felix juga punya poni, pakai kacamata. Dia agak culun. Tapi anehnya Leona naksir berat sama anak pasangan dari dokter tersohor itu. Keluarganya bahkan punya rumah sakit bersalin bernama Setia Kasih di kawasan Bandarjo. Ayahnya dokter kandungan terkenal yang sering diceritakan oleh mama Ratri. Dokter Pramoedya Soerdjo. Dokter Pram begitu biasa ia dipanggil, adalah satu dari sedikit dokter spesialis kandungan zaman dulu. Zaman Mas Santo---putra sulung Pakde Soeharno malahan.

Soon To Be HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang