Acara yang menghadirkan penyanyi papan atas ibukota dari yang muda hingga yang berjaya pada era 90an itu berlangsung meriah. Sebenarnya ini digelar untuk ulangtahun Bu Devia, yang kini sedang berdansa dengan suami bulenya diiringi lagu- lagu Frank Sinatra, Fly Me To The Moon, sementara penerangan ballroom sangat mendukung suasana.
Nilla tetap cemberut karena Deasy memonopoli Donnie, sementara Alin yang mirip bodyguard malah dipaksa berdansa dengan atasannya yang hot as hell dan bertampang mirip Antonio Banderas sewaktu masih membintangi film Mafia. Sementara Alex tengah berhahahihi dengan kelompok Zelda, tapi pada akhirnya gadis itu menerima ajakan salah satu partner dari kantor pengacara di lantai tujuhbelas.
"Nggak mau dansa?"
"Sama siapa?"
Pria itu menyeringai. Ratri mendengus. Mendingan dansa sama kuda.
"Kamu beneran jomlo ya?"
"Kamu perlu ya tanya begitu?"
Nilla menyelamatkannya dengan menggandeng lengannya kemudian berbisik. "Anterin ke toilet yuk,"
***
"Gue kira ini bakalan jadi momen gue sama Donnie, Ra," wajah Nilla benar- benar nelangsa, tubuhnya bersandar di dinding berbalut granit di depan kaca. Hanya ada mereka berdua. "Memang betulan gue kayak anak kecil?"
"Nggak. Siapa yang bilang begitu? Alex lo gubris..." Ratri menjawab acuh tak acuh.
"Gue kalau bisa milih nggak akan gue jatuh cinta sama teman sendiri, Ra. Sedih tahu kena friend zone gini. Apa gue kelihatan nggak pantas dipilih? Atau karena selama ini gue selalu bersikap bego di hadapan kalian semua?"
Barulah Ratri yang sejak tadi meneliti wajahnya di cermin, menoleh ke arah Nila. Dia mengambil beberapa hela napas sebelum mulai bicara. "Lo pasti punya alasan mengapa bersikap begitu. Karena sejak dulu Alin dan gue menebak lo nggak seperti yang selama ini lo tampilkan. Pertanyaanya mengapa?"
Nila menatap Ratri dengan lelah. "Karena dengan begitu gue merasa Donnie jadi sering menanggapi gue, Ra. Gue jadi bisa deket sama dia. Gue memang sengaja bertingkah lemot dan bego di depan kalian supaya perasaan yang gue tutupin semenjak dulu nggak kebaca. Tapi..." Nila melambaikan tangannya putus asa. "Sepertinya riwayat gue tamat pada hari ini."
"Hei, lo nggak perlu begitu, Nil. Cowok nggak cuma Donnie saja. Toh umur kita masih 23 tahun ini. Lo ataupun Donnie nggak bakalan nikah sekarang juga. Masih ada kesempatan buat lo memperbaiki diri, memperjuangkan diri lo di hadapan Donnie. Menunjukkan ke Donnie bahwa lo pantas dia cintai. Rugi kalau merana sekarang, Nila. You deserve than that..."
Nila menundukkan kepalanya. Kemudian segerombolan cewek masuk ke toilet. Dan rupanya itu adalah Deasy yang datang bersama empat orang circle nya, Deasy masih sempat menyapanya sebelum mereka keluar. Meskipun dengan tatapan mencela bercampur senyum mengejek.
***
Sisa malam itu berakhir tanpa ada sesuatu yang spesial. Nila dijemput sopir orangtuanya. Alin teler. Donnie dirubung oleh teman- teman sedivisinya, Alex sedang hahahihi sama bareng anak magang.
Setelah berpamitan pada beberapa orang, dan meneriaki Alex untuk mengawasi Alin, Ratri memutuskan untuk ke lobi dan memesan taksi daring, tepat setelah sebuah Lexus keluaran tujuh tahun yang lalu menghampirinya. Seseorang yang tampaknya nggak pantas mengemudi benda itu menurunkan kaca mobil. "Butuh tumpangan?"
Ratri menggeleng keras.
"Aku lagi nganggur dan bersedia mengantar pulang."
Ratri hanya menghadiahi tatapan mencela seolah- olah pria yang sudah melepaskan jasnya dan menyisakan kemeja putih yang sudah digulung lengannya hingga ke siku itu adalah mahluk dengan kasta otak terendah di kolong langit ini. "Ayolah. Aku kadung pinjem mobil. Harus balik sebelum jam duabelas. Yang punya galak soalnya. Mumpung masih jam sepuluh ini. Lumayan kan bisa dua jam lagi," dia menaikkan alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soon To Be Husband
ChickLitRatri harus pulang saat saudara sepupunya menikah. Masalahnya dia barusan putus dengan Ergi, cowoknya yang doyan selingkuh. Terlebih, Mbak Windi memaksanya untuk jadi salah satu pagar ayu di acara tersebut. Dan celakanya, salah satu pagar bagus di a...