Tigapuluh enam

11.4K 1K 24
                                    

"Aku itu begini karena kamu, Mas. Kamu sama sekali nggak perhatiin aku selama ini. Aku merasa aku nggak dihargai dalam hubungan ini..." tatapan mata Asti menerawang ke dedaunan di samping halaman rumahnya. Sore itu Bhaga mampir lagi ke rumah Asti. Membawa oleh- oleh berupa makanan kesukaan Asti dan bapaknya.

Namun sebelumnya, Bhaga sudah berbicara empat mata dengan Pak Supardjo mengenai keputusannya tentang menikahi Asti.

"Saya minta maaf, Pak. Tapi saya benar- benar nggak bisa menikahi Asti. Karena saya nggak ingin merebut hak orang lain--- dalam hal ini adalah ayah kandung si janin, " kata Bhaga dengan raut wajah menyesal namun suaranya tetap tegas. Pak Supardjo, meskipun menampakkan raut penuh kekecewaan namun berusaha untuk berlapang dada menerima keputusan Bhaga. Sebagai gantinya, Bhaga berjanji akan membantu Asti jika gadis itu memerlukan bantuannya. "Saya sudah menganggap Asti seperti dua adik perempuan saya, Pak. Saya jelas nggak tega kalau mereka mengalami kemalangan seperti Asti."

Bhaga tetap mengatupkan bibirnya yang tebal mendengarkan kata- kata Asti yang tajam dan jujur saja menusuk hatinya itu. Namun dirinya hanya bisa diam, karena menurutnya gadis yang sedang duduk memeluk lutut di sampingnya itu masih memendam amarah yang sebaiknya dikeluarkan saja. Toh yang dikatakan gadis itu memang benar adanya. Dia nggak betul- betul seratus persen menggunakan hatinya saat mereka masih bersama. Bahkan selama ini Bhaga lebih banyak memikirkan perempuan lain.

Perempuan yang saat ini sangat dirindukannya. Dan belum sekalipun ia hubungi hari ini, karena ia merasa harus menyelesaikan urusannya dengan Asti terlebih dahulu.

Lain dengan para perempuan yang diajak jalan Bhaga, yang kebanyakan selalu menuntut kehadiran Bhaga pada akhir pekan, atau sering mengabsen keberadaan pria itu setiap menit, Ratri cenderung cuek bebek peduli setan terhadap Bhaga. Semenjak pengakuannya di dalam mobil waktu itu, kalau Bhaga nggak berinisiatif menghubungi perempuan itu lebih dulu, maka bisa dipastikan sampai kiamat kodok beranak kuda sekalipun Ratri nggak akan pernah menghubunginya.

Terkadang gadis itu butuh waktu seharian penuh untuk membalas chat dari Bhaga.

Namun semakin cuek dan dingin respon Ratri padanya, semakin Bhaga merindukannya. Wajah cantiknya, kejutekannya yang paripurna itu kadang malah membuat Bhaga kumat isengnya dan menggoda gadis yang sudah ia resmikan sebagai kekasihnya itu.

Pikiran Bhaga pun sudah melayang ke Jakarta. Nun jauh di kos- kosan di Manggarai, hatinya tertinggal.

Dan dia nggak menyadari ketika mata Asti sudah melotot kesal ke arahnya. "Aku tahu mas nggak cinta sama aku. Tapi bisa nggak sih seenggaknya Mas itu pura- pura didepanku? Kadang aku merasa bahwa aku yang berjuang sendirian dalam hubungan ini!"

Bhaga menghadapkan tubuhnya ke arah Asti. Perut gadis itu sudah sedikit membuncit. Kehamilannya diperkirakan sudah memasuki usia ke  duabelas  minggu alias tiga bulan . "Sejak dulu aku memang begini, Ti. Itu makanya hubunganku jarang ada yang awet. Kamu tahu sendiri kerjaanku nggak cuma di kantor. Kadang aku harus ngecek kandang di Ngaliyan, kadang juga di Lerep. Belum lagi ngecek sawah dan kebun peninggalan mbahku."

Asti melengos sengit. Jauh dalam hatinya entah bagaimana dia tahu bahwa Bhaga sebenarnya sudah memilih orang lain. "Aku bisa saja bersikeras mengaku bahwa ini hasil perbuatanmu," dengusnya dengan sikap keraskepala yang sudah mendarah daging pada diri gadis itu. "Bapak pasti percaya. Semua orang pasti percaya sama aku. Aku bisa menghancurkan kehidupanmu kalau aku mau..." gadis itupun kembali sesunggukan. Emosi membuatnya nggak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Kemudian dengan nyalang ia menatap Bhaga lekat. "Kamu pantas menderita kayak aku. Kamu pantas mendapatkannya. Nggak cuma aku kan yang harus menderita. Aku butuh perhatian, cinta, kehangatan, kasih sayang, dan aku nggak mendapatkan dari kamu. Salah kalau aku lari ke pelukan lelaki lain yang mencurahkan segala perhatiannya ke aku?!"

Soon To Be HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang