Limapuluh Tiga

11.3K 1.1K 58
                                    

Bhaga berada di rumah sakit ini bukan karena kebetulan. Dia sedang menjenguk Fadli yang mengalami kecelakaan saat pulang kantor. Jadi kemarin sore Fadli menabrak sebuah pikap yang sedang berhenti di pinggir jalan  dari belakang. Kebiasaan cowok itu. Kalau lagi nyetir motor suka ngantuk di jalan. Untung nggak ada yang patah. Cuma retak sedikit di lengan kiri. Nggak sampai dislokasi. Anaknya juga masih bisa hahahihi setelah dioperasi.

Tadinya ia ingin beristirahat sebentar di ruang tunggu, lalu ketemu seorang ibu muda yang sedang menunggui mertuanya. Saat itulah ada suara gedubrakan keras. Ketika dia menoleh ke arah sumber suara, dia nggak menyangka akan mendapati Ratri yang sepertinya sudah mengetahui keberadaannya dan mencoba kabur darinya. Sontak, Bhaga mengejarnya. Ini kesempatannya untuk mencari kejelasan mengapa Ratri memperlakukannya seperti orang asing sewaktu mereka bertemu di warung susu murni kemarin.

***

"Foto? Foto apa yang kamu maksud?!" tuntut Bhaga yang kembali berhasil mengejar Ratri. "Kenapa aku nggak merasa mengirim sesuatu ke kamu ya?"

"Karena mungkin kamu sudah melupakannya." Jawab Ratri pahit. Geram. Kalut.

"Mana coba aku lihat. Foto apa yang bisa aku kirimkan ke kamu,"

"Nggak perlu. Sekarang saya sudah tahu sendiri bagaimana kelakuanmu di belakang saya. Semuanya... semua yang pernah kamu bilang ke saya itu bohong. Jadi saya nggak ingin mendengar kamu mengulang- ulang kebohongan itu."

"Sekarang kita jadi kamu dan saya?" raut wajah Bhaga tampak terluka oleh jarak yang seolah dibentangkan Ratri padanya. "Kamu yakin kamu nggak sedang mencari- cari alasan untuk menjauhiku?" tanya Bhaga. Sama pahitnya. "Seperti yang kamu lakukan padaku selama ini?" tuntutnya.

"Apa maksud kamu ngomong begitu? Aku hanya nggak menghubungimu beberapa minggu dan kamu sudah menggandeng perempuan lain. Saya sudah coba minta maaf ke kamu. Tapi kamu mengabaikannya," mata gadis itu berkaca- kaca. Orang- orang yang berlalu lalang di rumah sakit sempat berhenti menyaksikan keributan itu. Bhaga melihat situasinya, lantas menggandeng Ratri. "Jangan bicara di sini. Kita nggak ingin bikin pertunjukan,"

***

Bhaga membawanya masuk ke dalam mobil. Kali ini dia membawa HRV hitamnya, mempertimbangkan untuk menjual Rush nya yang celaka itu. Napas keduanya memburu karena emosi. "Coba kemarikan hape kamu," tangannya terulur ke arah Ratri. Karena nggak mau berlama- lama, Ratri memilih kooperatif, mengeluarkan ponsel dari tasnya, kemudian mengangsurkannya pada Bhaga setelah mengutak- atiknya sebentar, masuk ke galeri. Foto itu sengaja disimpan ke dalam galeri untuk reminder bahwa lelaki yang duduk di sampingnya kini adalah seseorang yang nggak pantas untuk dipertahankan.

Bhaga membelalak ketika melihat foto yang menampakkan dirinya seolah- olah sedang bermesraan dengan Kirani pada acara pembukaan Yum's Chicken beberapa minggu yang lalu. "Siapa yang ngirim foto ini ke kamu?"

"Dana,"

"Dana?" Bhaga seolah tak percaya.

Ratri mengangguk.

"Dana kita?"

Mata Ratri yang sipit itu langsung memicing galak.

"Ini nggak seperti yang kamu lihat, Dik. Aku nggak ada apa- apa sama Kirani,"

Oh, jadi namanya Kirani. "Nama yang bagus, orangnya juga cantik." Ujarnya sarkas. Bhaga merasa semakin bersalah pada gadis ini. Dia kadung melibatkan Kirani, untuk sebuah salah paham seperti ini. "Maafin aku,"

"Percumah. Kelihatannya kamu cocok sama dia. Dia ada dekat di sini. Aku jauh di Jakarta. Dia bisa kamu temui sewaktu- waktu kamu butuh. Aku enggak. Aku nggak nyata. Dia ada dan nyata dan dekat. Kenapa nggak pilih dia saja sekarang,"

Soon To Be HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang