Empatpuluh enam

10.3K 1K 27
                                    

Ratri sedang membuat newsletter berisi rangkuman seputar kompetisi make- up yang diadakan melalui media sosial. Jadi para peserta--- dalam hal ini bebas siapa saja--- harus mengunggah sebuah video berdurasi pendek, sedang merias model, berikut menyertakan before- after nya. Batas pengiriman video sampai tigapuluh hari. Dan hadiah bagi pemenang, selain akan mendapatkan satu set skincare plus make up keluaran Kencanawungu Cosmetics, plus akan dijadikan sebagai Brand Ambassador produk KC berikutnya, berikut sejumlah uang tunai. Untuk runner up, hadiah berupa satu set skincare dan kosmetik, berikut kursus singkat soal tata rias wajah dengan MUA terkenal ibukota; Natasha Sandjaja.

Saking konsentrasinya, gadis itu sampai nggak menyadari kehadiran Ranya yang berada di depan mejanya, seraya membawa mok berisi kopi. Ranya masih berkutat dengan artikel dan info serta tips untuk melenyapkan jerawat batu, dan karena lapar pikirannya mogok dalam menyusun kata- kata. Mau pesan makanan juga nanggung. Lima belas menit lagi waktunya pulang. "Tuh hape lo nyala. Notif WA kayaknya,"

Ratri yang sedang berkonsentrasi memikirkan kata- kata yang tepat dan menarik minat itu, hanya menggumam. Belakangan ini pikirannya suka berputar- putar mirip komidi putar di pasar malam. Artikel yang kemarin dikerjakannya sampai harus dapat kritikan tajam dari Mbak Gretha. Jadi kali ini gadis itu ingin memaksimalkan otak kanannya dalam merangkai kata untuk menarik minat para pengunjung website atau media sosial KC.

Tapi meskipun otaknya sudah berbusa, pikirannya jauh dari tempat dirinya berada. Pikiran itu masih tertinggal di Semarang. Bersama sosok yang belakangan kian sering menghantui mimpi- mimpinya. Akhirnya gadis itu menyerah, dan mengusap layar ponselnya. Satu fail foto. Sedang mengunduh. Seraya meminum susu almond pemberian Nila tadi siang, matanya mengawasi benda itu. Hanya untuk merasakan hantaman telak di dadanya.

Foto Bhaga bersama seorang perempuan cantik. Mirip Prisia Nasution. Tangan perempuan itu sedang memegang sedotan, sementara tangan lainnya sedang menyentuh rambut ikal Bhaga yang sudah agak memanjang. Sementara posisi Bhaga sendiri tampak seolah menyodorkan kepalanya untuk dibelai oleh perempuan itu.

***

Ratri segera menghambur meninggalkan kubikelnya menuju toilet di dekat ruangannya. Membanting pintu, tubuhnya merosot ke lantai. Foto itu sungguh jahat. Dia nggak tahu apa kesalahannya pada Dana sehingga sepupunya itu mengirimkan hal yang membuatnya nggak sanggup menatap Bhaga dengan pandangan yang sama lagi.

Perempuan dalam foto itu seperti sudah sangat akrab dengan lelaki yang baru beberapa minggu lalu mengatakan bahwa dia menyayangi Ratri dan menginginkan perempuan itu di masa depannya.

Rasa sesak mendekap erat dadanya. Membuatnya sulit bernapas. Dia pernah mengalami putus cinta dengan Ergi lima bulan yang lalu, namun rasanya nggak sesakit saat ini. Secara nggak sadar dia sudah melangkahkan kedua kakinya untuk masuk ke dalam hubungan ini. Dia sudah jatuh cinta pada lelaki itu. Dan sekarang lelaki itu membuang hatinya di tong sampah.

Matanya nggak sanggup lagi membendung airmata yang mendesak ingin keluar. Tanpa disadari, butiran air mata telah melelehi kedua pipinya yang kini pucat.

"Aduh gimana dong ini?"

Samar- samar Ratri bisa mendengar suara Nagisa, Ranya dan Adisty. "Mbak Gisa saja yang ngetuk pintunya," bisik Disty.

"Aduh ogah! Kalau dia garuk muka gue gimana?"

"Garuk?"

"Biasanya orang patah hati kan suka garukin tembok!"

"Lo tuh kebanyakan nonton dorama dah. Yang ada di otak lo cuman Sadako si Hantu Sumur tuh,"

Nagisa balik menggaplok pundak Ranya. "Nah terus gimana? Mbak Ratri barusan kena tipes lho, entar dia masuk angin kumat lagi, nah terus gimana dah,"

Soon To Be HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang