Untuk sesaat Ratri merasakan ada yang salah. Ketika menunduk sekali lagi menatap ponselnya yang kebetulan masih menampilkan aplikasi chatting Whatsapp, barulah dirinya sadar.
Rupanya dia salah kirim.
Maksudnya salah mengirimkan pesan itu ke orang lain.
Padahal seharusnya pesan itu untuk mamanya.
Tapi malah terkirim ke Bhaga.
Bagus. Bagus sekali.
Kenapa dia jadi pintar sekali ketika gelisah begini ya?
Notifikasi pesan muncul. Dan ketika melihat nama Bhaga, rasanya tubuhnya sedang menderita meriang sekaligus masuk angin sekaligus angin duduk sekaligus kena santet.
Bhaga: maksudnya apa, Dik?
Rasanya Ratri ingin menembak dirinya sendiri saat itu juga.
***
"Lo sakit ya?" kembali ke kantor, lagi- lagi Ratri bertemu dengan Alex. Namun kali ini dia malas menanggapi cowok itu. "Makan siang di mana tadi?"
"Di kosan."
Sembari menunggu elevator terbuka, Ratri mendongak memandangi pintu benda itu seperti orang idiot. "Pintunya bagus banget ya?" Alex menelengkan kepalanya ke arah kepala Ratri.
Gadis itu mendengus.
"PMS?"
"Bisa diam nggak sih?!"
Alex jadi kicep. Ratri yang normal saja sudah judes minta ampun, apalagi yang lagi PMS?
Hening. Alex masih melirik ke arah Ratri yang mukanya nggak cuma pucat tapi sudah kusam. Seolah- olah gadis itu sudah mengitari seluruh Jakarta dengan jalan kaki. Terdengar suara sol sepatu beradu dengan lantai marmer. Kantor KKM memang punya lobi setara hotel bintang lima dengan lantai granit yang terlihat luxurious, gorgeous.
Kemudian suara cewek berdehem. Tentu saja Alex menoleh. Dan senyumnya melebar jadi sepuluh jari ketika melihat Zelda sedang menyelipkan untaian rambutnya ke belakang telinga. "Hei," sebagai gentleman Alex menyapa terlebih dahulu. Atau itu karena dia ganjen. Zelda tersenyum simpul.
Seharusnya, Zelda ini lebih tua dua tahun ketimbang Alex, karena gosip di kalangan cowok- cowok mengatakan begitu. Maksudnya, usia Zelda kira- kira sudah 26 tahunan. Sementara Alex yang setahun lebih tua darinya, akan berusia 24 tahun ini. "Habis makan siang?" Dia mengangguk. Anggukan yang sepertinya sudah dilatih bertahun- tahun agar tampak memesona lawan bicaranya.
"Makan di mana?,"
"Di PP,"
"Sama gerombolan kamu yang cakep- cakep itu?"
Lagi- lagi Zelda mengangguk.
Beuh! Nggak penting banget! Ratri melengos. Pintu elevator bergerak terbuka, memuntahkan lima orang yang berada di dalamnya. Termasuk Donnie. Yang lagi ngobrol dengan Deasy, yang melirik sekilas ke arahnya.
***
Bad hair day ... Bad hair day... Bad hair day...
Ratri sama sekali nggak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Dia diminta Mbak Ara untuk membuat press release untuk produk InVid, tapi yang dia lakukan hanya memandangi layar komputernya seperti benda itu akan berbicara padanya.
Kenapa dia bisa sebego itu sih sampai- sampai bisa salah kirim chat yang harusnya ke mama dan Mbak Windi jadi ke Bhaga. Mana itu orang pakai acara balas chat- nya segala lagi! Sembrono memang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soon To Be Husband
ChickLitRatri harus pulang saat saudara sepupunya menikah. Masalahnya dia barusan putus dengan Ergi, cowoknya yang doyan selingkuh. Terlebih, Mbak Windi memaksanya untuk jadi salah satu pagar ayu di acara tersebut. Dan celakanya, salah satu pagar bagus di a...