Karena belum mendapatkan hasil, maka hari itu mereka---Ratri dan Anna balik lagi ke rumah sakit. Hari ini outfit Ratri berupa kaus warna navy dan rok lipit berwarna kuning gading sepanjang betis dengan motif bunga- bunga senada dengan kausnya, dan sepatu teplek. Rambut sebahunya dia blow, secara keseluruhan dia nggak kalah cantik dengan aktris drakor. Ghea dan Anna mengamati penampilan gadis itu dengan puas. "Begini dong seharusnya penampilan cewek itu. Biarpun lagi patah hati, tapi gaya kudu tetap trendi,"
Jadi semalam itu ketika dipikirnya Ghea dan Anna sudah tidur, Ratri balik ke toilet buat meratapi nasib. Dan tahu- tahu Anna menggebrak pintu toilet dengan nggak sabaran. "Kalau lo nggak buka pintunya, gue karate ini pintu biar patah tiga sekalian. Bodo deh kalau harus bayar ganti rugi! Gue jabanin. Berapa duit sih palingan?!"
Karena nggak mau ribut- ribut, Ratri keluar dengan tampilan mirip Sadako si Hantu Sumur dalam film The Ring itu. Mukanya pucat, bibirnya bengkak, mata sembab, hidung merah, rambut ke depan semua.
Anna sampai berjengit ke belakang.
Akhirnya mereka ngobrol di kafe hotel yang terletak di rooftop sampai jam tiga pagi. Ratri menceritakan soal mengapa dia patah hati, lelaki di warung susu murni, dan perempuan tua di rumah sakit. "Ealaaah..." respon Anna sambil mengunyah chicken bites. Ghea sendiri fokus mendengarkan kisah Ratri. "Pernah dengar pantun ini, nggak? Ehem...ehemm!" Anna gaya- gaya berdehem sebelum melafalkan salah satu pantun milik Ajip Rosidi.
"Terang bulan, terang di kali...
"Buaya timbul, di sangka mati..."
Ghea dan Ratri menyimak, tapi Anna nggak melanjutkan pantunnya. Dia malah balik menatap Ghea dan Ratri bergantian. "Ya udah. Jangan percaya mulut lelaki..."
Ghea dan Ratri sama- sama memutar bola mata. Hadehhh.
Tapi memang pepatah itu sangat relate dengan kehidupan cinta Ratri selama ini. Pertama, dia pacaran sama Ergi tiga tahun, dan berakhir dikhianati. Sekarang juga nggak jauh beda. Malah kayaknya yang ini paling mengena, karena Ratri sudah terlanjur jatuh cinta.
"Yah nasib percintaan seseorang itu nggak sesempurna wajah mereka," komentar Anna tiba- tiba. "Lo liat tuh, orang cantik tuh zaman sekarang jodohnya sama orang kaya. Sebaliknya, ya, kan? Lelaki itu nggak perlu jadi ganteng dulu buat dapetin cewek cakep. Cukup dompet dia tebel saja cewek- cewek pasti pada nempel tuh,"
"Dih, lo kali yang gitu, An..."
"Yah kalo lo nggak percaya cobain saja. Kecuali nih ya, kecuali lo cantik plus kaya, lo bebas milih. Mau yang cakep kayak Adam Levine, atau yang cakep dan tajir macam Elon Musk, juga bisa lo gaet. Asal harta lo nggak berseri..."
"Jadi ceritanya lo marah sama si Bagha ini gara- gara si adik sepupu lo ngirim foto itu? Foto Bhaga berduaan sama cewek yang kalian temui di warung susu itu?" ulang Ghea memastikan. "Dan dia belum jelasin ke lo?"
"Gue rasa itu orang perlu dibikinin bubur merah- bubur putih. Jenang sengkolo. Buat ganti nama dia,"
"Apaan sih lo, An?"
"Lha iyalah. Siapa tadi namanya? Bhaga? Then kita ganti dia jadi "Bangsad", " Anna menipiskan mulutnya dan mengedarkan pandang ke Ghea dan Ratri bergantian. "Gimana? Cemerlang kan ide gue?"
***
"Nah gue suka penampilan lo kali ini. Ciamik. Jos gandhoooossss!" Anna mengacungkan dua jempol. Dia sendiri tetap setia dengan celana yoga dan kaus yang kali ini berwarna ungu yang bikin sakit mata. Sementara Ghea mengenakan rok pensil warna cokelat dan kemeja senada dengan motif polkadot mungil- mungil. Hari ini tugas Ghea adalah melihat kantor, setelah kemarin memeriksa gudang dengan Tony.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soon To Be Husband
ChickLitRatri harus pulang saat saudara sepupunya menikah. Masalahnya dia barusan putus dengan Ergi, cowoknya yang doyan selingkuh. Terlebih, Mbak Windi memaksanya untuk jadi salah satu pagar ayu di acara tersebut. Dan celakanya, salah satu pagar bagus di a...