Limapuluh satu

11.8K 1.3K 57
                                    

Dengan berdandan ala anak kuliahan, skinny jeans abu- abu dan kaus putih lengan pendek, sepatu keds putih, dan tas selempang hasil beli dadakan di mal, Ratri dan---Anna--- yang berdandan dengan celana yoga andalannya serta kaus warna putih, pergi ke rumah sakit yang letaknya ada di Srondol. Kebetulan mama Ratri berpraktik di tempat ini setiap pagi. Beliau juga belum tahu mengenai keberadaan Ratri di Semarang. Tapi biarlah. Yang penting persoalan Kencanawungu ini beres dulu.

"Lo inget si KL ini opname di kamar apa?"

"Namanya Karina Laras, Mbak. Jangan disingkat- singkat deh. Kayak ngomongin tersangka saja," mereka berdua berjalan di koridor rumah sakit terbesar di Semarang itu, berjingkat- jingkat, tolah- toleh seperti maling. "Eh kalau jalannya kayak begini entar dicurigain Pak Satpam,"

Anna menatap Ratri dengan muka judesnya, sebelum menggaplok lengan Ratri yang kurus itu. "Kenapa nggak bilan dari tadi?" Katanya kesal sendiri. Kemudian keduanya berjalan normal. "Ingat ya, lo teman kampusnya. Untung muka lo tuh baby face, masih kinyis- kinyis..."

"Terus Mbak Anna jadi ibuku gitu?"

"Husss!" Lagi- lagi Anna menggaplok lengan kurus Ratri, mau nggak mau dia mengusap lengannya yang mulai terasa perih. "Gue tante lo, dong!"

Ratri mengamati penampilan Anna yang memang mirip banget sama ibu- ibu muda yang biasanya jemput anaknya yang sekolah TK. "Apa?!"

Ratri menggeleng. Saat akan berbelok,  ke lorong berikutnya, mereka berpapasan dengan dua lelaki bersneli yang tengah berjalan santai. Sekilas Ratri agak familiar dengan salah satu sosok tersebut, namun belum selesai mengingat, sosok berkacamata, mata sipit, hidung mancung, kulit putih dan jangkung itu sudah menembakkan senyuman ke arah Ratri. "Temannya Leona, kan? Yang jadi bridesmaid waktu itu? Aku Darius? Kamu Ratri, kan?"

Belum- belum Ratri sudah ke- gap duluan. Rumah sakit ini memang besar dan memungkinkan dirinya untuk bertemu orang yang dikenalnya. Dia nggak tahu, Darius mengambil pendidikan spesialis di rumah sakit ini. "Kak Darius? Teman Ko Felix?"

Darius tampak senang karena Ratri mengenalinya. Gesturnya tampak malu- malu, usianya dua tahun lebih tua dari Ko Felix, sih. Kisaran 27 tahunan. Tapi mukanya masih imut- imut. "Lagi jenguk teman?"

Ratri menoleh ke Anna yang bengong di sampingnya. Putus asa melihat partner nya yang malah ngowos sendiri yang lihatin orang ganteng. Akhirnya Ratri mengangguk. "Kata Leona kamu kerja di Jakarta?"

"Iya, ini lagi ngunjungin teman yang sakit aja. Mumpung ada di sini,"

"Oh, lama di sininya?"

"Sekitar semingguan."

"Ayo, Ri..." teman Darius yang berdiri di sampingnya tampak sudah nggak sabar untuk pergi. Mungkin ngerasa roaming. Dia nggak kenal Ratri dan Ratri juga nggak kenal dia, jadi jelas nggak bisa ikut ngobrol.

"Teman lo cakep juga ya? Nemu di mana?"

"Kawinan temen tempo hari,"

"Buat rebound aja. Lo kan lagi patah hati tuh,"

Ratri sontak menoleh ke arah Anna yang dengan entengnya memberi saran. "Cakep lho itu," matanya masih meleng lihatin Darius melangkah pergi. "Sayang banget kemudaan buatkulah..."

"Sudah deh, "

Mereka akhirnya menemukan kamar inap Karina Laras di ruangan rawat inap kelas dua. Ruangan bernuansa putih biru itu disekat menjadi dua dan nggak begitu tenang. Di ruangan pertama ada seorang ibu- ibu yang ditunggui oleh seorang pria muda, lalu ruangan berikutnya tampak seorang gadis sedang tidur di atas ranjang rumah sakit. Gadis itu sendirian ketika mereka masuk. Anna nekat mendekati gadis itu. Kemudian matanya membelalak syok. "Beneran mukanya kayak habis kena alergi gitu. Bengkak. "

Soon To Be HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang