Lima Belas

16.9K 1.3K 3
                                    

"Gimana menurut Mbak Ratri?" tanya Gadiza.

Ratri menyipitkan kedua matanya, berkonsentrasi untuk melihat dekorasi yang dikerjakan oleh tim Summer Sky. Lumayan.

"Lo sendirian apa sama Aran?"

Wajah Gadiza berubah suntuk. Lantas bola matanya berputar-putar. "Lain kali jangan sama Aran deh, Mbak. Sama Mas Bakti malah nggak apa-apa!"

"Memang sekarang Aran ke mana?"

"Godain anak F& B hotel." Nada suara Gadiza dilirihkan. Tapi yang jelas dia terdengar jengkel.

Jadi untuk mengawasi acara pelaksanaan peluncuran produk terbaru Kencanawungu sekaligus acara ulangtahun Bu Devia, Ratri melimpahkan tugas site venue ke Gadiza dan Aran. Diza adalah anak magang yang masih berusia 20 tahun, sementara Aran memang mau menemani Gadiza untuk mengecek persiapan.

Ratri sendiri bersama Greta dan Jenny harus membuat press release, menghubungi para undangan eksklusif, dan juga berkoordinasi dengan pihak advertising. Ini akan menghabiskan banyak waktu karena melibatkan seluruh HSS  Goldeneye group. Terlebih dengan masih adanya kasus cat Paintlux yang belum selesai. Padahal  Ara sudah pernah mengajak pers untuk melihat proses pembuatan cat Paintlux yang memang bebas timbal, merkuri, atau bahaya sekalipun.

"Ya udah. Entar habis jam istirahat gue kesana." Kata Ratri, sekalian dia mau cari makan siang. Soal makan, dia jadi teringat telepon dari ibunya semalam, di tengah-tengah nonton Drakor yang ada So Ji Subnya sambil makan mie instan rame-rame.

"Kamu bisa mulai masak sendiri, kan?" tanya ibunya kalem. Well, Ratri memang agak picky soal makanan. Kadang gadis itu malah milih skip makan daripada menelan sesuatu yang tak disukainya.

Setiap pagi ia hanya minum teh dan makan roti bakar dengan selai cokelat. Siangnya, gadis itu biasa makan nasi Padang, ayam goreng kremes, dan soto ayam. Nila pernah menyeretnya ke rumah makan Sunda, tapi Ratri cuma bisa makan nasi sama ayam gorengnya. Itupun sedikit sekali. Pernah mereka, Nila, Alin, Alex, Donnie, dan Ratri makan di restoran Jepang di Pacific Place, tapi Ratri tak menyentuh apapun kecuali ocha- nya. Dan selesai makan di PP mereka malah  mengantarkan Ratri makan Soto Ayam.

Yah, Ratri memang menghabiskan masa kecil dengan makan Soto Bangkong, setiap ia dan keluarganya pergi ke Kota Tua atau ke Citraland, mereka selalu mampir untuk makan Soto Bangkong.

"Lo makan Soto apa ayam goreng kremes?" tahu-tahu Alex sudah berada di sampingnya. Ratri melompat karena kaget, lantas memukul pundak Alex kencang, membuat lelaki itu mengaduh seraya mengusap-usap pundaknya.

Tanpa Ratri sadari, rupanya dia sudah berdiri lama di susuran tangga lobi HSS Goldeneye group. Biasanya yang nongkrong di sini adalah cowok-cowok kurang kerjaan, atau cewek-cewek marketing yang mengincar eksekutif muda yang kebetulan ada keperluan di HSS.

"Nggak tahu, deh. Gue kayaknya mau makan Oreo aja." Dan itu memang makanan rutin Ratri kalau dirasanya semua makanan sudah tak menarik seleranya lagi. "Atau mungkin roti sobek. " Gadis itu mengangkat bahu.

"Gue, Donnie, sama Alin mau makan mie ayam. Di sana juga ada bakso, kalo lo mau." Kata Alex berapi-api. Tapi tidak ada tanggapan dari Ratri. Hingga lelaki itu menaikkan alisnya. "Masak sih? Lo suka makan mie instan, kan?"

Ratri menoleh secepat kilat ke arah Alex, seolah-olah pria itu mengatakan bahwa selama ini Ratri punya hobi ganjil yang disembunyikannya. "Well, iya," katanya acuh tak acuh, sembari mengedarkan pandangan ke area lobi.  Dia memang doyan mie ayam. Oke. Tapi masalahnya siang ini dia tidak ingin makan mie ayam.

"Mie ayam yang ini, asal lo tahu, ayamnya pake ayam yang kayak ayam Kalasan itu. Pasti lo suka deh. Dan kalau lo nggak mau makan pake mie, lo bisa makan topping ayam sama nasi doang, gue janji deh!"

Ratri menghadapkan tubuhnya ke arah Alex. Menatap wajah lelaki itu penuh pertimbangan, sebelum berkata dengan acuh tak acuh. "Siapa yang lagi mau lo deketin?"

***

Dan benar saja. Alex dengan seribu pesonanya dan penampilan nyaris tanpa cela itu sedang mengincar Zelda, anak baru di tim PR. Zelda saat ini sedang menangani elektronik, dan dia lebih sering makan siang di lantai dua puluh satu. Well, yang biasanya makan di lantai itu adalah para lawyer dari Herbowo and Partner, firma hukum yang berkantor di lantai dua puluh tiga. Atau dari Hansell Financial, perusahaan konsultan asing yang ada di lantai dua puluh tujuh.

Zelda punya potongan wajah dan tubuh mirip Raline Shah, dengan senyum kalem dan penampilan mahal. Banyak gosip yang beredar bahwa dia sebetulnya adalah anak salah satu pemegang saham KKM grup dan bisa masuk jadi PR karena koneksi.

Ratri tidak pernah tahu bagaimana pekerjaan Zelda, karena dia cenderung menghindari bergosip di PR. Di luar pekerjaannya, dia lebih suka bergabung dengan Nila, Alin , atau Donnie.

Tapi dia pernah mendengar Diza menyebut-nyebut bahwa Zelda pernah mengacaukan acara Elektra karena tidak menyimak pengarahan dari Mbak Ara waktu rapat. Zelda sendiri hanya bergaul dengan Rieke dan Lietha.

Jadi di sinilah mereka berada, di Mie Ayam dan Bakso Abang- Biru. Tempatnya berada di gang belakang gedung perkantoran. Lumayan bersih dan ramai oleh para Abang Ojol, OB dan pekerja berseragam. Alex tadi nekat masuk ke rumah pemilik warung dan bilang minta menu khusus. Nasi putih dengan lauk topping suwiran ayam.

"Jadi lo beneran naksir si Zelda - Zelda ini?"

"Kayaknya lo mesti keluar modal banyak kalo naksir dia. Kapan itu gue lihat dia pake setelan Balenciaga. Tasnya aja Prada. Sepatunya Ferragamo."

"Wah gue nggak tahu belakangan lo perhatiin begituan. Bukannya kosakata lo soal pakaian cuma jins, kaus, sama kemeja!" ledek Alex.

Alin cuma mendelikkan matanya.

"Intinya dia itu high maintenance. Gimana menurut elo Abang Donnie?" Nila menengok ke arah Donnie yang acuh tak acuh makan mie ayamnya. Belakangan Donnie susah banget di temui, dia sering banget dibajak Pak Nares.

"Apa?" tanyanya dengan muka tolol- tolol males. Tipikal Donnie kalau lagi nggak mau diajak bahas sesuatu. Sesuatu yang nggak menarik minatnya sama sekali.

Selama ini minat Donnie ini hanya terbatas pada gadget, coding, PHP, JavaScript, dan para antek- anteknya, karena  dia masuk ke divisi riset teknologi dan pengembangan.

Masalah perempuan, selama dia masih punya teman perempuan, dia menganggap hidupnya sudah normal dan lengkap. Teman- teman perempuannya sudah melengkapi kuota drama kehidupan yang harus ditanggungnya, setelah ibunya yang nggak berhenti menuntut agar Donnie segera punya pacar.

"Lo juga ajaib sih," ujar Alin sambil masih berdecap- decap kepedasan. "Masa naksir cewek sekelas Zelda ngajak makannya di mie ayam warungan begini? Mikir kali, Alex... sampai tahun gajah makan baterai juga dia nggak bakal sih mau lirik elo. Ada dia malah lirik-lirik  Ganesha yang jelas-jelas anak bos tuh,"

"Dan elo?" giliran Ratri yang kena. Kali ini Alin sampai harus menggeleng prihatin. "Harus banget ya pake beneran makan nasi sama topping mie ayam kayak gitu? Sumpah geli banget, Ratri!"

***

Ini aku nulis berdasarkan ingatan doang sih... Maaf kalo ada yang salah, 😂 😂😂 tolong yang ahli dalam bidang PR atau komunikasi bagi ilmunya ya. Sebab aku dulunya marketing! LoL. Muehehehe...

Soon To Be HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang