Ratri menggeliat dari balik selimut tebal yang membungkus tubuhnya, namun mendadak berhenti ketika mendapati beban berat di area dadanya, perut, dan kakinya. Samar- samar tercium kolonye beraroma khas lelaki, lantas menoleh ke samping. Ia menemukan wajah damai yang dibingkai rambut ikal yang menutupi dahi. Tangan Ratri hendak terulur untuk meraih ikal- ikal lembut tersebut. Sejak menikah dengan Ratri Bhaga terobsesi tampil lebih ganteng. Makanya dia mulai memakai produk perawatan tubuh dari atas ke bawah, untuk mengimbangi istrinya yang dirasa masih sangat muda dan cantik. Kalau pergi ke mana- mana selalu digandeng karena takut disosor orang, membuat Ratri jadi jengkel sendiri. Kadang Bhaga ngamuk jika mereka sedang pergi makan berdua dan orang- orang melihat mereka dengan tatapan aneh. Memicingkan mata seraya bertanya, "nyuwun sewu, Pak. Niki adhine nopo garwane..."
Atau anak kuliahan teman Dana yang suka curi- curi pandang kalau sepupunya itu mengajak mereka mampir ke Ngaliyan untuk numpang madhang.
Ratri tersenyum. Bhaga membuka matanya, menangkap senyuman yang jarang- jarang ditunjukkan oleh istrinya itu. "Kamu cantik banget kalau senyum, Dik. Mas jadi nggak tahan,"
Ratri tersipu, Bhaga jadi semakin gemas. Suasana di luar sangat mendukung. Mereka kebetulan sedang berada di sebuah villa di Kledung. Di antara gunung Sindoro dan Sumbing, di Temanggung. Menikmati bulan madu yang tertunda karena setelah acara ngunduh mantu itu Bhaga dan Ratri masih harus disibukkan dengan pekerjaan. Terlebih setelah tiga hari acara ngunduh mantu, Ratri harus masuk kerja.
Bhaga menyibak selimutnya dan kecewa mendapati tubuh istrinya yang berbalut daster doraemon yang lumayan tebal. "Doraemon banget toh, Dik? Kenapa nggak pakai lingerie mu yang seabrek- abrek itu?"
Ratri mendengus menahan tawa. Teman- temannya memang sableng. Baik Ranya, Nagisa, Yuke, Kintan, Adisty, Anna, Alin sampai Asti menghadiahinya dengan lingerie dalam berbagai warna dan model. Bhaga ngebet supaya istrinya memakai hadiah itu karena kepingin tahu. Selama ini kan dia lihatnya Ratri pakai pakaian kerja. Ini mumpung sudah sah jadi ya nggak apa-apa dong.
Tapi, seajaib- ajaibnya kado dari teman- teman Ratri, masih lebih ajaib lagi teman- teman Bhaga yang edan karena memberikan kado berupa Magic Tissue dan Minyak Bulus, yang bikin kening Ratri sang perempuan baik- baik mewiru, berkerut- kerut.
"Kenapa nggak dipakai toh dik, lingerinya?"
"Dingin, Mas..."
"Kan nanti habis dipakai, dipeluk sama Mas..."
Lagi, Ratri tersipu- sipu. Mukanya memerah. Bhaga yang semakin gemas mengulurkan tangan untuk mencubit pipinya. Saat hendak mendekatkan bibirnya ke bibir istrinya, sepasang mata sipit Ratri membeliak. "Aduh, Mas..."
"Kenapa toh , Dik?"
"Aku kebelet pipis!" Ratri melompat bangkit dari kasur dan turun ke kamar mandi meninggalkan Bhaga dengan wajah nyureng karena gagal olahraga pagi- pagi.
***
Akhirnya tamat juga. Setelah tadinya rencananya cuma mau 46 bab beranak jadi 65 bab. Jan Mas Bhaga iki... Terima kasih buat para pembaca yang sudah mau meluangkan waktu untuk membaca cerita picisan saya yang masih banyak plot hole nya ini ya ... Mohon dimaklumi Newbie ini...
Matur nuwun, pangestune ... Supaya kedepannya tulisan saya bisa berkembang lebih baik. Amiiin.... Salam dari Bhaga dan Ratri...
KAMU SEDANG MEMBACA
Soon To Be Husband
ChickLitRatri harus pulang saat saudara sepupunya menikah. Masalahnya dia barusan putus dengan Ergi, cowoknya yang doyan selingkuh. Terlebih, Mbak Windi memaksanya untuk jadi salah satu pagar ayu di acara tersebut. Dan celakanya, salah satu pagar bagus di a...