Story of Mr And Mrs Nirankara part VI

12.9K 1.2K 39
                                    

"Kondisi umumnya kurang baik. Kelelahan, anemia, asam lambung, malnutrisi. Untuk perempuan yang tengah hamil muda, dia menghadapi cukup banyak serangan." Seorang dokter berusia sepuh, mungkin sesepuh ibunya, berkata dengan raut wajah tenang. Bhaga hanya bisa mematung.

Hamil? Jadi istrinya sudah hamil? Perasaan bersalah kian mendera dirinya. Merasa telah menjadi penyebab sang istri sedemikian menderita, lelaki itu nyaris meneteskan air matanya lagi. Dia hampir. Hampir. Hampir saja kehilangan dua orang yang sangat penting baginya. Dokter lelaki bertubuh agak tambun itu mengamati Bhaga dengan raut wajah kebapakan. "Sebaiknya, Bu Ratri merasa nyaman. Kehamilan ini tidak akan mudah. Apalagi panjenengan tadi bilang istri panjenengan punya riwayat keguguran tiga kali. Dengan kondisinya saat ini, kami sarankan untuk rawat inap hingga kondisi ibu Ratri sudah lebih kuat."

"Kira- kira butuh waktu berapa lama, Dok?"

"Kurang- lebihnya mungkin satu Minggu, setelah itu, anda bisa membawanya untuk melakukan perjalanan ke Semarang. Untuk saat ini kami masih mengobservasi kondisi beliau lebih lanjut. Dan kalau sudah sampai Semarang, sebisa mungkin kontrol ke dokter setiap dua Minggu sekali untuk mengontrol kesehatan istri dan janin dalam kandungannya. Kehamilan ini bukan sesuatu yang  tidak mungkin, Pak. Asalkan kondisi kesehatannya sesering mungkin di pantau. Demi keselamatan si Ibu dan janin,"

***

Sore harinya, semua keluarga berkumpul datang ke Jogja untuk menjenguk Ratri. Ibunya datang bersama ayahnya dan juga Rindu. Adiknya yang satu lagi, Rista sudah berada di rumah sakit sejak pagi. Rista yang mencarikan akomodasi bagi Bhaga di sekitar rumah sakit supaya lelaki itu tidak mondar- mandir terlalu jauh jika ingin beristirahat. Ada seorang kawan yang bisa meminjami tempat tinggal. Teman kuliah Rista yang bernama Ghani.

Sementara keluarga Ratri tiba setelah keluarga Bhaga. Ada dokter Nilam, Mbok Rah, Rivan, istri dan keempat anaknya yang ribut bukan main. Pada kelahiran yang kedua Riris dan Rivan mendapatkan dua orang putra lagi dan kali ini dinamai dengan Arjuna  dan Bima. Yang nggak kalah pecicilan dengan kedua kakaknya Pandu dan Kresna yang kini berusia delapan tahun. Mila beserta suami dan anaknya datang malam hari. Mila masih berada di Magelang karena sedang merawat mertuanya yang sakit.

Berita kehamilan Ratri untuk yang keempat kalinya membuat seluruh keluarga was- was. Tiga kehamilan yang terdahulu tidak berakhir baik. Seperti biasa, dokter Nilam berbicara dengan dokter yang menangani putrinya keesokan harinya ketika jam visit tiba. Saat ini kondisi Ratri masih lemah, namun kondisi janinnya  yang berusia lima Minggu baik- baik saja.

"Mama sama Ibu pulang saja. Biar aku yang jagain Ratri," tutur Bhaga, ketika pagi itu mereka sarapan di kantin rumah sakit. Ibu dan Mama semalam menginap di rumah yang dipinjamkan Ghani yang berada di kawasan jalan Nagasari--- belakang Malioboro. Rumah itu untungnya mempunyai tiga kamar dan dapur. Jadi keluarganya bisa ditampung dalam satu tempat. Hanya Mila dan suaminya yang harus langsung pulang malam harinya, karena kondisi mertua Mila alias Ibunya Ario belum pulih betul. "Kami titip adik kami lho, Mas Bhaga," meskipun dikenal sangat vokal, namun kakak kedua Ratri itu yang paling baik attitude nya. Bicaranya kalem, lain dengan suaminya yang sejak kedatangannya ke rumah sakit sudah menguliti Bhaga dengan tatapan gaharnya.

"Iya, Mbak. Saya juga minta maaf, Ratri jadi seperti ini. Saya sangat menyesal..."

Mila tersenyum lembut keibuan. "Mas, dalam hubungan rumahtangga itu memang tidak selalu berjalan mulus. Yang penting jangan dilepasin Ratrinya. " Tangannya menyentuh lengan Bhaga.  Sementara Ario sama sekali tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Hanya berdehem memperingatkan sekali, sebelum sang istri menggandengnya pergi.

***

Ratri terbangun dengan tenggorokan kering dan perut yang mual bukan main. Tubuhnya bergerak- gerak gelisah. Bhaga langsung mendekat, mengelus kepala istrinya dengan penuh sayang. "Kamu butuh apa, Sayang? Mas ada di sini. "

Soon To Be HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang