1. Prolog

24.8K 1.1K 1.8K
                                    

Disclaimer :
Meskipun mengambil ruang lingkup remaja (SMA), namun cerita ini mengandung kata-kata kasar, kekerasan verbal & non verbal, serta konten dewasa.
Mohon kebijakannya dalam memilih bacaan or I call your daddy now!

P.S. :
Cerita ini mengandung throwback tanpa penulisan italic. Mohon perhatikan judul part dan keterangan waktu sebelum membaca tiap part.

-🖤🖤🖤-

Pandangannya tak bisa teralihkan dari sepasang cowok dan cewek yang berdiri di depan 'McLaren 570 GT' berwarna pacific blue beberapa meter di depannya, betapa pun kerasnya dia mencoba untuk tak memandang ke hal yang semestinya tak perlu diperhatikannya itu. Cowok itu duduk di kap mobilnya. Tangan kanannya memeluk pinggul cewek di sampingnya.

Seakan itu belum cukup menyakitkan mata, sesekali Ocean harus menyaksikan cowok itu mengelus, menepuk, bahkan meremas bokong si cewek. Ocean bisa melihatnya dengan jelas karena posisi mereka yang sedikit membelakangi Ocean.

"Ce, udahlah, cuekin aja," kata Rena. "Kita di sini buat senang-senang, ingat?"

"Ho-oh," dukung Jihan. "Lagian, dia, tuh, pasti sengaja. Kalo lo panas, berarti dia berhasil. Makin ngerasa menang aja, tuh, dia ntar."

Mungkin memang benar. Cowok itu hanya ingin memancing reaksi Ocean mengingat Ocean berada di sini lebih dulu. 'McLaren' itu yang tiba-tiba mengambil parkir tak jauh dari tempat Ocean berada dimana seharusnya 'McLaren' itu parkir di tempatnya sendiri. Mobil semacam itu punya komunitas tersendiri.

Sementara Ocean menemani Vika yang bergabung dengan deretan mobil-mobil Jepang modifikasi yang dikenal dengan nama club Ryzen, cowok itu seharusnya bergabung dengan deretan supercars. Di area VIP sana.

Tapi, bahkan jika ada yang mau protes, mereka tak punya alasan. Cowok itu berteman dengan ketua Ryzen, Yoko. Mereka bahkan sempat berbincang cukup lama sebelum cowok itu berakhir dengan memamerkan kemesraan bersama cewek lain di depan mata Ocean.

"Ce, udah, Ce," tahan Vika ketika melihat wajah Ocean mulai mengeras. "Cuekin aja."

"Gimana mau cuekin, sih?" sergah Ocean kesal. "Kalian liat, nggak, dia ngapain?"

"Liat. Tapi, emang lo mau apa? Mau nyamperin? Ngelabrak mereka?" tanya Vika.

"Itu nggak berkelas, Sayang," timpal Rena membuat Ocean menggigit pipi bagian dalamnya. "Dengan lo marah-marah ke sana, nggak cuma lo permalukan diri sendiri, tapi lo juga bakal keliatan sebagai a pathetic girl who's dying to get her ex's attention."

"Don't give him the pleasure, Honey," tambah Jihan lagi. "Jangan rusak malam lo."

Oh, Ocean tak berencana merusak malamnya, walaupun dia tak yakin bisa. Yang menyebalkan adalah cowok itu bisa melakukan aksi mesum itu di tempat seramai ini.

Well, bukannya tak ada yang melakukannya. Tentu dalam dunia malam seperti ini, lumrah saja melakukan hal-hal kurang senonoh. Tapi, tidak dengan cowok itu.

Tidak, dia tidak begitu. Setidaknya, tidak ketika bersama Ocean. Dia selalu menjaga citra dan reputasinya dan jika kini dia merusaknya, itu tak lain karena ingin menyakiti Ocean. Dan lagi, dia berhasil. Ocean benar-benar dibuat kepanasan sejak tadi.

Lihat cara jari-jarinya bermain di pinggul cewek seksi itu. Lihat bibirnya yang berbisik dengan sensual di telinga cewek itu. Lihat bagaimana dia berbagi tawa dengan cewek itu tanpa mempedulikan sekitar mereka. Dan lihat... bagaimana dia menyempatkan untuk melirik tepat ke arah Ocean sebelum akhirnya... mencium bibir cewek itu?!

Guilty PleasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang