65. Mind Control

3K 313 350
                                    

Haruskah kuulangi lagi kata cintaku padamu, yakinkan dirimu?
Masihkah terlintas di dada keraguanmu itu, susahkan hatimu?
Tak akan ada cinta yang lain
Pastikan cintaku hanya untukmu
Pernahkah terbersit olehmu
Aku pun takut kehilangan dirimu
🎶Takkan Ada Cinta Yang Lain🎶
                                       
—————————————————————

UP next chapter = SPAM sebanyak-banyaknya COMMENTS buat chapter ini + 8.600 VOTES buat overall chapters in total.

-🖤🖤🖤-

"Aku nggak akan ambil," jawab Ocean mantap.

Wifo terperangah. Sungguh, Ocean punya pendirian yang kuat jika sudah mengambil keputusan.

"Nggak mungkin kamu seneng sama keputusan itu dan nggak tertekan," kata Wifo.

"Aku ikhlas, Be," kata Ocean dan ketika Wifo masih terlihat sangsi, Ocean menatap Wifo lebih lekat. "Liat wajahku, mataku. Apa aku keliatan bo'ong?" tanyanya sungguh-sungguh.

Wifo hanya diam.

Ocean berkata lagi, "Untuk apa aku terima tawaran itu kalo itu bikin hubungan kita makin rusak? Aku debut, aku bakal sibuk tour, sementara kita sama-sama tau kita nggak bisa jauh-jauhan. Tiap kita jauh, pasti berantem. Dan bentar lagi kamu kelas 12, kamu pun bakal makin sibuk. Kalo kita sama-sama sibuk, kapan kita bisa bareng?"

Selanjutnya, Ocean menggenggam tangan Wifo. "Aku nggak mau kita pisah karena karirku, Sayang," kata Ocean. "Nggak apa-apa aku ikutin prosesnya dan debut saat waktunya aja. At least, selama itu, kita masih punya waktu buat bareng-bareng terus. Kalo aku sibuknya nanti pas kamu udah kuliah, nggak bakal kerasa banget, kan? Gimanapun, kamu kuliahnya di US."

Baiklah, Wifo kagum pada pemikiran gadis ini. Ini yang Wifo harapkan sebenarnya. Untuk Ocean menjadi lebih dewasa, bisa berpikir panjang, dan menghindari dampak besar yang mungkin terjadi dari keputusan kilatnya. Wifo senang karena kini Ocean mempertimbangkan Wifo dalam keputusan hidupnya. Atau... bisa dibilang mengutamakan Wifo?

"Sekarang kita manfaatin waktu sebaik-sebaiknya sebelum bener-bener LDR, oke?" kata Ocean.

Wifo menatap Ocean lekat-lekat, berusaha mencari ekspresi keberatan atau tertekan di wajah Ocean yang sedang berusaha ditutupinya dengan sikap pasrah dan ikhlas, tapi setelah beberapa lama, Wifo masih tak menemukan itu. Gadis ini tulus.

"Tapi, ini mimpi kamu, kan?" tanya Wifo kemudian.

Ocean tersenyum. "Dan di atas mimpiku yang satu ini, keinginanku untuk selalu bareng kamu dan pertahankan hubungan kita jauh lebih besar."

Sekali lagi, Wifo terpana.

Ocean menatap Wifo dalam-dalam. "Aku cinta banget sama kamu, Be. Kamu lebih berharga buatku dari apa pun di dunia ini. Aku nggak perlu mimpi itu lagi kalo nggak bisa sama-sama kamu. Prioritasku itu kamu."

Wifo bergeming cukup lama sebelum akhirnya perlahan mengukir senyum kecil. Dia balas menggenggam tangan Ocean sebelum kemudian mencium punggung tangan Ocean. Perasaan dihargai dan diprioritaskan membuat Wifo merasa puas.

Dan secepatnya, perasaan puas itu akan dibalut dengan kata 'sangat puas'.

♾🩸♾

Guilty PleasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang