49. Unpredictable

2.4K 264 472
                                    

🎶Session🎶

—————————————————————

UP next chapter = 65 VOTES buat chapter ini + 4.410 VOTES buat overall chapters.

-🖤🖤🖤-

"Be, apaan, sih?" protes Ocean. Bagaimana tidak? Belum apa-apa saja Wifo sudah menuduhnya yang tidak-tidak.

"Aku cuma nanya. Be. Itu pun karena kamu ngeras banget mau jemput aku semalam," kata Ocean.

Katie otomatis melirik Ocean. "Nona," bisik Katie. "Saya nggak keberatan sama sekali, kok, jemput Nona Ocean. Tolong, ya," kata Katie dengan wajah memelas. "...jangan bikin Tuan Wifo ngira saya nggak perlakukan Nona Ocean dengan baik. Nanti saya dimarahin."

Ocean tersenyum kecut. "Enggak, kok. Nanti aku bilangin," katanya menenangkan.

"Bilang apa?" sergah Wifo dari seberang.

Ocean menahan napas. "Jangan marah ke Mbak Katie. Jangan salah paham. Mbak Katie baik banget. Aku pun cuma nanya ke kamu karena bingung, bukan karena Mbak Katie keberatan jemput aku," tutur Ocean menahan jengkel.

"Emang dia nggak keberatan. Lo yang keberatan. Ya, kan?" sahut Wifo sengit.

"Be!" sergah Ocean. Dia membuang napas. "Lagian, apa, sih, yang kamu permasalahin? Kita juga pernah beberapa kali dianter-jemput Pak Dito pas kamu nggak bawa mobil, kan? Wajar aja aku heran kenapa nggak Pak Dito yang jemput kalaupun kamu nggak bisa jemput."

"Ya, itu kita bareng. Dulu. Sebelum gue tau lo gatelnya kayak apa," kata Wifo ketus. "Lo sendirian pengen dijemput Pak Dito tuh buat apa, ha? Biar lo bisa keganjenan sama Pak Dito? Nggak tahan lo nggak godain laki-laki? Atau... lo pengen juga main sama Pak Dito?!"

"Astaga, udah, Sayang!" bentak Ocean. Dia sungguh tak tahan dengan ucapan Wifo hingga tak lagi mempedulikan Katie yang terlihat tak nyaman mendengar suara kerasnya.

Ocean menitihkan air mata. "Gitu banget, sih, ngomongnya? Ini Pak Dito, Be. Sopir kamu sendiri. Udah hampir 40 tahun juga umurnya."

"Emang cewek kayak lo milih-milih mau ngerayu siapa? Kayaknya nggak. Felix yang kampungan itu aja lo tetep nyosor. Asal jenisnya cowok juga bakal lo jabanin."

Ocean memejamkan mata hingga air matanya semakin mudah bergulir ke pipinya. Dia menyandarkan kepala ke bangku, terlihat begitu lelah, bahkan untuk melawan. "Ya, udah. Kalo gitu, kenapa nggak kamu aja yang jemput? Kalo segitu nggak percayanya sama aku?"

Diam sejenak. "Gue sibuk," kata Wifo pendek.

"Nah, itu makanya aku tanya, Sayang. Kalo kamu sibuk, kan, aku bisa pulang sendiri aja. Nggak mesti kamu repot-repot mikirin gimana aku pulang."

"Biar apa lo mau pulang sendiri, hah?" tanya Wifo. Suaranya kembali meninggi. "Biar lo bisa punya banyak waktu buat main dulu sama Felix sialan itu? Gatel dipelihara, ya, gitu."

"Aku langsung pulang, Be! Kamu bisa VC!" sergah Ocean hampir kehabisan akal meyakinkan Wifo.

"Nggak usah banyak bicara lo!" sahut Wifo. "Sok-sokan peduliin gue segala."

"Emang aku peduli, Sayang," kata Ocean tulus. "Apalagi jadwal kamu pun padat, kan?"

"Just shut the fuck up already! You're just full of shit, you know that?" kata Wifo muak.

Ocean tak membalas. Bukan karena Ocean tak bisa membantah. Dia hanya mencoba memahami kenapa begitu sulit bagi Wifo untuk mempercayai ucapannya sekarang.

Guilty PleasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang