64. Scenario

3K 315 318
                                        

I just need some time, I'm tryna think straight
Sometimes I think back to the old days
In the pointless conversations with the old me
I wish somebody woulda told me
If you want love, you gon' have to go through the pain
You gon' have to learn how to change
If you want trust, you gon' have to give some away
I've always tried to control things
In the end that's what controls me
Maybe that's why I'm controllin'
It doesn't mean it's wrong because it feels right
🎶If You Want Love🎶
                                       
—————————————————————

UP next chapter = 100 VOTES buat chapter ini + 7.750 VOTES buat overall chapters.
VOTE dulu semua chapters bagi yang belum VOTE, baru UP lagi, deal?

-🖤🖤🖤-

Ocean sebenarnya jengkel, tapi Ocean lebih takut kalau Wifo marah lagi, apalagi ketika Wifo mulai mengubah cara bicara, juga caranya menatap Ocean. Jadilah Ocean hanya memutar bola mata dan lanjut makan.

"Ya, udahlah, Be. Toh, aku emang nggak ada urusan sama kasusnya si itu. Mau diselidiki kayak gimana juga mereka nggak akan nemu kaitanku sama serangan ke dia. Nggak bisalah nyalahin aku. Jadi, santai aja, ya," kata Ocean menenangkan.

"GLAM juga nggak bilang apa-apa—cuma ngajarin aku dan Marsha buat lebih jaga sikap dan etika, jauhi skandal atau masalah apa pun. Mereka cuma kasih kita peringatan biar jangan sampai terulang lagi berantem di ruang publik gitu. Teguran doang. Nggak bisa disangkut-pautin sama si itu, kok. Jadi, nggak usah terlalu parnolah. Ngapain juga," tutur Ocean.

Wifo diam saja, terutama karena otaknya sedang bekerja amat keras sekarang. Jika sampai GLAM mencurigai Ocean atas kekerasan yang dialami Felix, bukan tidak mungkin pada akhirnya semua akan mengarah pada Wifo. Jelas ini tidak bisa dibiarkan begitu saja.

"Nih, Be," kata Ocean sambil mengulurkan spicy chicken bites untuk disuapkan pada Wifo.

Wifo hanya meliriknya tak berminat.

"Kok, nggak mau, sih?"

"Nggak selera lagi," kata Wifo ketus.

"Yah, sayang banget udah beli banyak," kata Ocean sambil menurunkan makanan itu. "Kamu, kan, belum makan juga, Sayang? Mau makan kapan? Nanti nggak crispy lagi, lho, ayamnya."

Wifo diam saja sambil memijat pelipisnya dengan satu tangan. Kepalanya terasa berdenyut karena ulah Ocean hari ini.

"Udah dibuka lagi, nih. Sayang banget, Be," kata Ocean dengan wajah cemberut.

"Ya, udah, makan semuanya!" sahut Wifo kesal. "Abisin sama kamu!"

Ocean terdiam sebelum menatap Wifo dengan mata berbinar. "Serius, nih?" tanyanya. Dia lalu bertepuk tangan penuh kegembiraan. "Ahh, sayangku emang tau aja aku lagi laper berat!"

Bukan. Bukan karena lapar berat, tapi lebih karena waktu Ocean terbatas untuk bisa menikmati fast food yang sangat disukainya sejak dulu. Jelas begitu dapat jatah, Ocean tak boleh menyia-nyiakannya.

Tanpa pikir panjang, Ocean langsung menyantap makanan milik Wifo, tak lagi memperhatikan Wifo yang tengah meliriknya kesal. Bisa-bisanya gadis itu masih santai saja makan setelah membuat Wifo uring-uringan seperti ini?!

Wifo masih butuh beberapa menit untuk menenangkan diri agar dia bisa segera mencari solusi. Setelahnya, Wifo mulai menjalankan mobil keluar dari parkiran kantor GLAM.

Guilty PleasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang