All the voices just burn holes
This is the start of how it all ends
They used to shout my name, now they whisper it
People talk to me and all their faces blur, but I got my fingers laced together and I made a little prison
And I'm locking up everyone who ever laid a finger on me
I'm done with it
🎶Yellow Flicker Beat🎶
—————————————————————Kelamaan UP-nya? Belumlah, ya. Spam komen dan vote, yuk, biar cepet UP lagi, ehe.
-🖤🖤🖤-
"Diem, Woy, diem. Ada cowoknya. Digorok kita ntar," bisik seseorang yang terdengar sampai ke telinga Ocean hingga Ocean serta merta mengangkat wajah.
Benar saja. Sekelompok senior baru saja berjalan memasuki kafetaria dan di tengah-tengah rombongan itu, Ocean menemukan kekasihnya. Alasan yang membuat semua murid di kafetaria mendadak membisu sambil menunduk, pura-pura sibuk dengan makanan mereka.
Ocean yakin Wifo bisa melihat wajah tersiksa Ocean. Itu pasti salah satu alasan yang membuat Wifo berhenti berjalan sehingga teman-temannya pun ikut menghentikan langkah.
Mata Wifo menatap tepat ke arah Ocean. Biasanya Wifo akan peka saat Ocean sedang kesulitan atau sedih. Dia selalu punya cara untuk menenangkan Ocean, bahkan turun tangan untuk menolong Ocean seperti ketika di mal.
Tidak siapa pun Wifo biarkan merendahkan pacarnya. Jangankan orang-orang ini, pramuniaga di mal saja Wifo balas hanya karena tidak ramah pada Ocean. Jelas tidak mungkin Wifo senang jika orang lain justru sengaja mengatai Ocean.
Mereka tahu itu. Karena itulah meski banyak yang iri dan tak suka dengan Ocean di sekolah, tetap tak ada yang berani mengganggu Ocean karena jika tindakan mereka sampai ke telinga Wifo, Wifo tak akan segan-segan turun tangan. Mereka bisa yakin hanya dengan melihat dan mendengar bagaimana Wifo menghabisi Brandon demi membela Ocean. Saat itu, Ocean bahkan belum jadi pacar Wifo. Jelas tak ada yang mau coba-coba dengan status Ocean saat ini.
Tidak salah jika Ocean berharap Wifo akan angkat bicara atau setidaknya menghampiri Ocean, bukan? Jadi, jelas Ocean terkejut ketika berikutnya, Wifo malah buang muka dan lanjut berjalan menuju mejanya diikuti teman-temannya.
Sungguh, Wifo berlalu seolah tak ada yang terjadi. Seolah dia tak menyaksikan. Padahal, Reno bahkan sempat menyindir beberapa orang selagi berjalan, "Pada norak lo pada. Perkara unfoll aja ribet."
"Get a life biar nggak ngebet banget di-follow. Cari kegiatan yang lebih berfaedah ajalah ketimbang nyinyir," lanjut Bobby kepada para junior selagi dia berjalan.
"Laki pada lemes," ejek Aiden membuat beberapa junior mereka menunduk.
Teman-teman sekelas Ocean yang menemani Ocean sejak tadi jelas puas dengan sikap para senior mereka yang berhasil menghentikan hujatan untuk Ocean, tapi ternyata tidak begitu bagi Ocean. Tak peduli seberapa berpengaruhnya pun para senior itu karena kepopuleran mereka mampu membuat siswa-siswi lainnya mati kutu, mereka bukanlah yang diharapkan Ocean untuk turun tangan.
Wifo. Dialah yang seharusnya angkat bicara untuk Ocean. Dialah yang paling Ocean harapkan ada di saat-saat seperti ini.
Namun, Wifo tutup mata. Dia santai saja duduk dan tak sekali pun menatap Ocean lagi seolah dia tidak mengenal Ocean. Dia bahkan tidak mengambil meja tempatnya biasa duduk dengan Ocean di kafetaria yang jelas artinya, dia tidak mau duduk bersama Ocean seperti biasanya. Dia lebih memilih bergabung dengan teman-temannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Guilty Pleasure
Romance(18+) Wifo Álvarez adalah segala yang Ocean Vásquez impikan dalam hidupnya. Pesona yang tak bisa ditolak. Racun yang menjerat bagai magnet. Bahaya tanpa tanda peringatan di dalam lingkaran setan. Ocean menginginkan cinta Wifo. Sayangnya, bukan cin...