25. Distraction

2.8K 290 681
                                    

She said do me
Latin ladies on me
All the señoritas always show me love
It's a new world
All the bad boys and the rude girls
🎶 New World🎶

—————————————————————

Komen dong biar aku semangat UP lagi!

-🖤🖤🖤-

Setelah membentur dinding, iPhone itu jatuh menghantam lantai. Layarnya retak seketika. Wifo tak mempedulikannya. Belum puas, cowok itu selanjutnya menendang kursi belajar hingga terpelanting, lalu meninju rak buku hingga beberapa buku berjatuhan. Masih belum puas juga, Wifo mulai mencampakkan buku-buku lainnya ke lantai.

"ANJING!" jerit Wifo.

Wifo sudah berusaha menahan emosi selama berhari-hari, tapi kali ini dia tidak tahan lagi. Berhari-hari dia frustrasi menunggu dan segampang itu Ocean memutus panggilan?!

Persetan dengan sinyal atau apa pun alasannya! Ocean menikmati berada di sana! Wifo tahu itu!

Wifo sudah berniat untuk membanting gelas-gelas di mini bar kalau saja suara ketukan pintu tidak cukup keras menahannya. Wifo pun sebisa mungkin berusaha mengendalikan dirinya, terutama ketika dia mendengar suara panik ibunya dari balik pintu. Setelah merasa sedikit lebih tenang, Wifo akhirnya berjalan malas dan membuka pintu kamar.

Audrey, wanita anggun berdarah Inggris dengan tubuh tinggi proposional itu berdiri di depan Wifo. Rambut berwarna ash blonde yang bergelombang tampak jatuh sempurna di bahunya. Dia terlihat modis dengan balutan pakaian dari designer ternama meskipun dia hanya berada di rumah. Penampilan adalah yang utama untuknya hingga Wifo nyaris tak percaya Audrey sungguh peduli ketika Wifo mendapati raut cemas di wajah Audrey.

"Kenapa?" tanya Wifo. Suarnya terdengar lebih ketus dari yang dimaksudkannya.

"Ada apa, Wifo? Mommy dengar teriakan," kata Audrey. Dia berusaha mengintip ke dalam kamar Wifo, tapi tubuh Wifo yang refleks menghalangi dan tatapan Wifo yang menajam seketika menahan langkah Audrey.

"Wifo," kata Audrey lembut sambil menyentuh wajah Wifo. "Kamu baik-baik aja, Sayang?" tanya Audrey khawatir.

Wifo menyingkirkan tangan Audrey dari pipinya. "Apaan, sih?" tanya Wifo dengan wajah terganggu. "Emang aku Zavy?"

"Wifo...," lirih Audrey pelan, nyaris tak percaya mendengar sindiran Wifo itu.

"Urus Zavy ajalah," kata Wifo gusar.

Mata Audrey membulat sempurna. "Kamu juga anak Mommy, Wifo!"

"Tapi, aku bisa handle masalahku sendiri. Zavy, kan, yang butuh banget dimanjain?"

Audrey terperanjat.

"Kenapa juga sekarang peduli," gumam Wifo ketus. Dia mengambil jacket kulit hitam di sofa kamarnya, lalu berjalan keluar kamar hingga mendesak Audrey untuk mundur. Cowok itu menutup pintu dan menguncinya dengan password, lalu melewati Audrey yang matanya sudah berkaca-kaca.

"Wifo," tahan Audrey dengan suara bergetar, tapi Wifo bahkan tak repot-repot berbalik. Wifo malah terus saja berjalan menjauh, mengabaikan Ivy yang juga sempat menyapanya.

Ivy memandang wajah Audrey yang mulai dijatuhi air mata, lalu tersenyum miris. Masih juga tak dia temukan kedamaian di rumah ini.

♾🩸♾

Kehadiran Wifo langsung disambut meriah oleh orang-orang yang berada di apartment itu. Beberapa dari mereka menghampiri Wifo dan memberinya jabatan tangan khas lelaki. Beberapa lainnya menyerukan namanya sembari mengangkat gelas bir sambil terus menari mengikuti dentuman musik. Untung saja apartment ini berada di kawasan elite yang setiap unitnya kedap suara sehingga para tetangga tak terganggu dengan suasana layaknya nightclub di unit ini.

Guilty PleasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang