I don't really know where the world is but I miss it now
I'm out on the edge
Sometimes when I close my eyes I pretend I'm alright, but it's never enough
I would take a whisper if that's all you had to give
You could come and save me and try to chase the crazy right out of my head
🎶 Echo🎶
————————————————————
Enjoy!-🖤🖤🖤-
"Hai, ceweknya Wifo," sapa Jia, teman sekelas Wifo yang kebetulan melihat Ocean berdiri di ambang pintu dan tampak celingak-celinguk ke dalam kelas.
Meski Ocean tidak mengenal Jia, tapi Ocean tetap menyunggingkan senyum ramahnya. "Hey, Kak," sapanya. "Wifo ada?" tanya Ocean sopan.
Jia melongok ke dalam kelas seolah ingin memastikan. "Belum balik kayaknya." Jia menatap Ocean lagi. "Anak-anak cowok banyakan masih di gym, sih, kelar olahraga."
Ah, tentu saja. Hari ini jadwal olahraga kelas Wifo. Ocean bahkan bisa melihat beberapa anak di kelas itu masih mengenakan pakaian olahraga berwarna abu-abu dengan lambang sekolah berwarna hitam.
"Hmm, anak baseball yang lain nggak ada yang udah balik, ya, Kak?"
Lagi, Jia menoleh ke dalam kelas. "Ada, tuh, Putra. Mau dipanggilin?" tanya Jia yang segera dijawab Ocean dengan anggukan. "Putri, ada yang nyariin, nih," kata Jia keras.
"Nggak ada yang namanya Putri di kelas ini!" sahut suara cowok dari dalam kelas.
"Lah, elo?" tanya Jia.
"Kampret!" umpat Putra.
Jia dan beberapa anak di kelas itu cekikikan.
"Gue lempar kaos kaki juga lo!" ancam Putra. Dia sungguh berniat melaksanakannya sampai-sampai dia melepaskan kaus kaki yang dikenakannya ketika berolahraga tadi.
"Iiihh, Putri, jorookkkk!" kata Jia dan benar saja, Putra pun melempar kaus kaki itu ke arah Jia yang sontak berlari sambil menjerit-jerit.
Ocean geleng-geleng geli ketika menyaksikan sekilas adegan itu sampai akhirnya Putra tiba di depan Ocean. Raut wajah Putra yang tadi terlihat ceria seketika berubah kaku begitu melihat Ocean, berbanding terbalik dengan Ocean yang langsung tersenyum sembari berkata, "Hai, Kak...."
"Eh, anu, Ocean, gue lagi ada kerjaan...," potong Putra cepat. Pandangannya bergerak waspada ke belakang Ocean sebelum lanjut celingak-celinguk ke setiap sisi yang bisa dijangkaunya.
"Ih, belum ngomong juga!" protes Ocean. "Sombong banget!"
Putra menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Bukan gitu. Gue cuma... nggak enak aja sama cowok lo."
Kerutan seketika mewarnai kening Ocean. "Lho, emangnya kenapa?"
Putra menatap Ocean lebih lekat, bertanya-tanya dalam hati apa gadis ini bahkan tahu apa yang dia lakukan? Tapi, melihat wajah Ocean yang tampak kebingungan, Putra mengambil kesimpulan bahwa gadis ini memang sepolos kelihatannya. Dia tak tahu apa-apa. Maka, Putra pun hanya berkata, "Yaaa, takut aja dia mikir aneh-aneh, terus marah."
Ocean memutar bola matanya. "Ya, elah, nggak mungkinlah, Kak. Ketemunya di depan kelas juga. Lagian, kan, Kak Putra temennya," kata Ocean geli.
Putra tersenyum masam. 'Situ nggak tau aja,' batin Putra dalam hati. Dia menghela napas. "Jangan lama-lama, ya, Ocean. Ngomongnya cepetan sebelum Wifo balik," katanya mengingat ini memang masih jam pelajaran. Mereka hanya punya jeda sesaat untuk mengganti pakaian sebelum masuk ke pelajaran selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guilty Pleasure
Romance(18+) Wifo Álvarez adalah segala yang Ocean Vásquez impikan dalam hidupnya. Pesona yang tak bisa ditolak. Racun yang menjerat bagai magnet. Bahaya tanpa tanda peringatan di dalam lingkaran setan. Ocean menginginkan cinta Wifo. Sayangnya, bukan cin...