3. Virginity

10.4K 588 1.5K
                                    

What's going on inside your head?
I trusted you with my judgement and you left me unaware!
You can man up if you want
You can go handle it pop
I can't control these things or the way that you feel about me
Damned if I was one
🎶 Taking Responsibility🎶

—————————————————————
WARNING!!!
Mature Content & Strong Language

-🖤🖤🖤-

Wifo bisa merasakan bulu kuduknya meremang sebelum Ocean bahkan menjawab. Dan memang tak perlu menjawab. Air mata dan kerutan kesakitan di wajah Ocean sudah sangat menjelaskan. 

"Shit," umpat Wifo dan berikutnya yang terjadi, Wifo mencabut miliknya dari milik Ocean seiring dia mengangkat tubuhnya dari atas Ocean dan jatuh terduduk di pinggir tempat tidur dengan kedua kaki menapak lantai.

Sekali lagi, Wifo melihat ke bawah, mencoba keberuntungannya, berharap dia hanya salah lihat. Tapi, tidak. Ini tidak salah. Wifo bisa melihat jelas bercak darah pada miliknya. Seketika itu juga wajah Wifo memucat. 

"Fuck," maki Wifo pelan. Dia membungkuk demi memangku sikunya di paha, lalu meremas rambutnya dengan kedua tangan yang mulai gemetar.

Apa-apaan ini?! Dia baru saja mengambil keperawanan seorang gadis? Sial, sial, sial!

Butuh beberapa saat untuk Ocean mengatasi rasa sakitnya demi beringsut ke dekat Wifo. Ocean bisa melihat betapa kacaunya Wifo dari cara cowok itu menjambak rambutnya sendiri, tapi Ocean bahkan tak tahu bagaimana harus memulai percakapan.

​"Kenapa kamu nggak bilang kamu masih virgin?" bisik Wifo tak habis pikir.

"I did," jawab Ocean.

"Kapan?!" sergah Wifo kalut.

Ocean menelan ludah. "Malam itu, Sayang. Setelah kamu nyelamatin aku dari Brandon."

Wifo mengernyit. Dia memaksa otaknya untuk mengingat kejadian itu dan begitu berhasil mengingatnya, Wifo langsung merasa lemas. "Siapa yang ngira kamu serius," bisiknya pelan.

Ocean mengangkat alisnya. "Apa itu masalah?"

Wifo menatap Ocean seolah gadis itu tengah bercanda. "What, that doesn't matter to you a man took your virginity?" tanya Wifo. "Apa keperawanan nggak berarti buat kamu?"

"Tentu aja berarti," jawab Ocean.

"So, why on earth you let me in?" tanya Wifo tak habis pikir. Wajahnya sudah seputih kertas ketika dia kembali menunduk. "Shit," umpatnya sambil mengusap wajahnya gusar.

Ocean menatap Wifo lekat-lekat. "Because I love you."

Wifo terhenyak untuk waktu yang cukup lama. Beberapa saat kemudian, barulah Wifo menatap Ocean dengan mata memerah. "But, this is virginity, Cea. Kamu pacaran dengan banyak cowok sebelum aku dan kalo sampe saat ini pun kamu masih virgin, jelas-jelas virginity penting buat kamu, kan?"

"Karena itu aku kasih ke kamu, Wifo," kata Ocean membuat Wifo termangu. "Karena kalo bukan sama kamu, aku nggak akan kasih sama siapa pun," tegasnya. "It has to be you."

Wifo membuang pandangannya. Ini gila. Dia tidak siap untuk ikatan semacam ini. Karena itulah sulit sekali untuk Wifo melewati batas. Dia telah menahan diri selama ini karena tahu dia belum bisa berkomitmen sampai sejauh itu. Entah kenapa dia bisa kelepasan. Mungkin karena dia merasa Ocean tidak lagi perawan melihat betapa santainya Ocean sejak awal. Jadi, Wifo pikir dia pun bisa bermain-main sedikit.

Guilty PleasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang