Even if I'm leaving you at the door
Even when I'm playing in the fire
Even when I'm doing it for all my life
Never would I ever let my love escape you
Never keep you from the promises I gave you
Further than imagined
Tell me that love is enough
The seas will be parted for us
In another lifetime
I would never change my mind
Just to let you in here where you make me lose my mind
In another life I'd do it all again a thousand times
🎶1000x🎶
—————————————————————UP next chapter = 10.100 VOTES buat overall chapters + spam COMMENTS buat chapter ini.
-🖤🖤🖤-
Tanpa menunggu Wifo berbalik, Ocean langsung berjalan dan berhenti tepat di hadapan Wifo. "Apa lagi yang salah, Be? Kenapa lagi sama kita?" tanya Ocean. Matanya berkaca-kaca. "Aku udah berusaha semaksimal mungkin jadi sesempurna yang kamu mau, padahal kita sama-sama tau nggak ada manusia sempurna. But for you, I'm trying the best I can."
Air mata Ocean jatuh dan Ocean segera menyekanya. "So, why you keep pushing me away?" tanya Ocean.
Ini melelahkan. Sangat melelahkan. Andai bisa, Ocean juga ingin membatasi rasa sakit yang timbul acap kali Wifo mengabaikannya.
Ocean pernah mencoba menarik diri, tapi seperti tak ada gunanya. Lihat saja bagaimana ketika Ocean marah dan menjauh setelah mendapati Wifo bermesraan dengan Marsha. Bukannya melepaskan Ocean, Wifo malah kembali mendekati Ocean seolah tak pernah ada masalah sebelumnya. Seolah-olah menjauhnya Ocean justru menjadikan Wifo semakin menginginkan Ocean.
Dan Ocean pun akan menerima Wifo semudah itu karena merasa menjalin hubungan berduri dengan Wifo tetap lebih baik ketimbang melangkah sendiri di jalan mulus tanpa Wifo. Jadi, percuma saja menarik diri.
"You keep doing this. You pull me closer to you only then to push me away from you." Ocean menatap Wifo dengan memohon. "Don't you want me as much as I want you? Because to be honest, I feel like unwanted here."
Tak ada tanggapan dari Wifo. Hingga Ocean menghapus air matanya, barulah Wifo berkata, "You don't."
Ocean termangu. Dia mengangkat wajah, lalu menatap Wifo nanar. "Apa?" lirihnya.
"Don't get your hopes on. You won't get it," kata Wifo dingin, kemudian meninggalkan Ocean yang terpaku tanpa tahu harus berbuat apa lagi.
Ocean sangat frustrasi. Dia seakan tak pernah dibiarkan benar-benar tenang dalam hubungan ini. Tidak ada gelombang halus. Adanya ombak besar yang disembunyikan oleh tenangnya lautan. Siap menyerang kapan pun meski segalanya terlihat senyap.
Sebenarnya itu mengerikan jika Ocean tidak cukup kuat menghadapi serangan. Tapi, menyerah tak pernah terlintas di benaknya. Dia gadis optimis sejak awal. Dia akan selalu berada di posisi bertahan, meski Wifo tak pernah ingin keluar dari posisi menyerang.
Karena itu, selagi belum ada jawaban yang dipaku mati tentang hubungan ini, Ocean tetap akan berjuang hingga titik darah penghabisan. Kepastian adalah apa yang Ocean kejar. Mati-matian dia akan mencoba menarik Wifo kembali seperti yang terjadi di hari-hari berikutnya.
Seharusnya sore itu Ocean menemani Wifo latihan di batting cage center. Rencananya sepulang Wifo les, Wifo akan kembali ke sekolah untuk menjemput Ocean yang pulang lebih lama karena mengikuti kelas tambahan.
Ocean tidak berniat membatalkan janji mereka. Hanya saja sepulang sekolah, ada tawaran endorsement yang memintanya mengunggah konten hari ini juga dengan bayaran cukup tinggi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Guilty Pleasure
Romansa(18+) Wifo Álvarez adalah segala yang Ocean Vásquez impikan dalam hidupnya. Pesona yang tak bisa ditolak. Racun yang menjerat bagai magnet. Bahaya tanpa tanda peringatan di dalam lingkaran setan. Ocean menginginkan cinta Wifo. Sayangnya, bukan cin...