73. Guilty

3.2K 289 220
                                        

The games you played were never fun
You'd say you'd stay but then you'd run
Giving you what you're begging for
Giving you what you say I need
I don't want any settled scores
I hope you don't think that shit's fair
Giving you all you want and more
Giving you every piece of me
I just want you to love for free
Can't you see that I'm getting bored?
I'm so bored
🎶Bored🎶
                                       
—————————————————————

UP next chapter = 17.800 VOTES.

-🧡💜🧡-

Ocean memutar bola mata. Dia tahu itu bisa membuat Wifo semakin geram, tapi dia juga tahu Wifo selalu mengutamakan reputasi. Mumpung di tempat ramai, Ocean bisa bertingkah sedikit.

Benar, kan? Dari sedikit lirikan ke tangan Wifo, Ocean bisa melihat tangan Wifo mengepal, tapi dari mulut Wifo yang terkatup rapat, Ocean juga tahu Wifo tidak akan bertindak lebih jauh. Wifo hanya akan sejauh menahan emosi. Bagaimanapun, mereka di kafetaria. Meski mereka tidak berada di tengah-tengah ruangan, tetap saja mereka tidak jauh-jauh dari perhatian para murid yang penasaran dan diam-diam memperhatikan mereka ingin tahu.

Ocean melengos. "Udahlah! Males ribut terus! Capek! Taunya kamu tuh marah saja!"

"Gimana nggak marah kalo lo bikin salah terus?"

Ocean buang napas, lalu berkacak pinggang. "Emang kamunya aja yang selalu ngerasa bener."

"That's rich coming from someone with attitudes."

Ocean bisa merasakan ancaman dalam cara Wifo bicara, juga wajahnya yang terlihat mengeras. Ocean tahu apa mau cowok itu. Dihormati sebagai lelaki. Itulah yang gagal Ocean lakukan sehingga terjadilah kekerasan waktu itu.

Baiklah, Ocean akan belajar. Karena itu, Ocean mengambil sikap dengan berdiri lebih sopan, lalu membungkuk dengan kedua tangan memegang rok dan satu kaki disilang ke belakang, memberi hormat.

Kemudian, Ocean tersenyum sopan. "Iya, Tuan, maaf."

Rahang Wifo mengatup kuat. 'Cewek sialan,' maki Wifo dalam hati sambil berusaha tak melihat sekitarnya. Entah bagaimana mereka yang memperhatikan akan menilai Wifo melihat pelakuan Ocean itu.

Selesai membungkuk, Ocean menatap Wifo. "Tapi, kamu mikirlah, Be. Mana ada, sih, orang di dunia ini yang salah terus? Kamu sendiri juga nggak terima, kan, disalahin terus?"

"Kenapa gue harus terima kalo kenyataannya emang bukan gue yang salah?"

Pipi Ocean menggembung menahan sabar sebelum kemudian memprotes, "Ya, gimana aku nggak salah terus kalo kamunya zero tolerance banget ke aku? Belum lagi setiap kita perang kata, kamu selalu menang argumen, bahkan saat kondisinya aku yang bener."

Wifo mengangkat sebelah alis. "Lo ngerasa bener?"

Ocean menghentakkan kaki, kesal sekaligus frustrasi, terlebih karena Wifo selalu bisa memutarbalikkan situasi dan menempatkan Ocean di posisi lemah.

"Be, kamu tuh menang karena pinter debat aja!" protes Ocean. "Coba kalo nggak juga kamu bisa keliatan, kok, salahnya."

"Yeah, keep playing the fuckin victim. You're good at it."

Ocean melipat bibir menahan jengkel. "And you're good at blaming myself."

"Blaming you?" Wifo ketawa sinis. "Berarti selama ini lo emang nggak pernah ngerasa bersalah, ya?" tanyanya. "Every time you said sorry, you didn't say it out of feeling guilty, while in fact, you felt blamed. Lo nggak akan ngerasa disalahin kalo emang bener-bener ngerasa bersalah. Lo terima harusnya kalo emang lo nyesel."

Guilty PleasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang