60. Deadly Silence

2.6K 297 448
                                    

Is our secret safe tonight?
And are we out of sight?
Or will our world come tumbling down?
If we live a life in fear, I'll wait a thousand years just to see you smile again
Kill your prayers for love and peace
You'll wake the thought police
We can't hide the truth inside
It could be wrong
But it should have been right
Are we digging a hole?
This is out of control
Love is our resistance
They'll keep us apart and they won't stop breaking us down
Our lips must always be sealed
The night has reached its end
We can't pretend
We must run
Protect us from further harm
🎶Resistance🎶

—————————————————————

UP next chapter = 80 VOTES buat chapter ini + 6.650 VOTES buat overall chapters.

-🖤🖤🖤-

Butuh beberapa saat sebelum akhirnya Wifo melengos, lalu melirik Reno yang parkir terdekat dengannya. "Ren, duluan aja."

"Siap, Bos," sahut Reno, lalu memberi isyarat pada anggota Wild Wolves lainnya agar mulai berangkat saja.

"Nggak di sini," kata Wifo pada Felix, lalu dia melewati Felix untuk masuk ke mobilnya.

Felix menghela napas lega. Semoga ini pertanda baik dan Wifo takkan begitu sulit untuk dihadapi. Maka, Felix juga masuk ke mobil dan begitu mobil Wifo mulai berjalan, Felix membuntuti dari belakang.

Wifo membawa mereka ke suatu jalanan gelap yang terletak dekat taman kosong. Malam sudah semakin pekat. Satu lampu jalan yang intensitas cahayanya tak seberapa pun tidak begitu mampu menerangi jalanan.

Memang letak jalanan ini tidak jauh dari stadion, tapi tetap saja Marsha agak sedikit khawatir. Kenapa juga mereka harus bicara di jalanan sepi layaknya kuburan ini?

Marsha sudah akan menolak turun kalau saja Felix tidak meyakinkannya bahwa mereka tak akan punya kesempatan lagi setelah ini. Maka, dengan berat hati, Marsha pun akhirnya ikut turun.

Angin malam menyapa kulit Marsha, membuat Marsha mengetatkan jacket dengan kedua tangannya. Itu belum seberapa. Ketika Wifo turun dari mobil yang diparkirkan di bahu jalan dengan posisi agak berjarak di belakang mobil Marsha, entah kenapa hawa malam ini terasa bertambah dingin. Bulu roma Marsha bahkan sampai berdiri hingga dia mencengkeram ujung jacket semakin kuat tatkala sosok tinggi dibalut pakaian serba hitam itu berjalan ke arahnya dan Felix.

Wifo sudah melepas total jersey-nya dan kini Felix bisa menilainya lebih jelas. Benar, tubuh Wifo lebih atletis dari perkiraan Felix. T-shirt hitam lengan pendek itu telah membuat pernyataan dengan mencetak otot biceps Wifo, juga otot yang membuat dadanya terlihat tegap. Khas seorang atlet. Felix takkan mungkin menang melawan Wifo sekalipun Wifo masih remaja.

Ya, begitu Wifo berhenti tepat di depannya, barulah Felix merasa Wifo memang lebih muda darinya. Wajah mulus tanpa kerutan itu masih menunjukkan sisi kanak-kanak.

Meski begitu, Felix tidak akan serta-merta menyalahkan Marsha yang tak bisa menilai Wifo masih remaja. Pembawaan Wifo yang dingin dan tegas membuat Wifo terkesan dewasa. Wifo bahkan terkesan menakutkan dengan tatapan setajam elang dan sorot mata sekelam malam.

Guilty PleasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang