53. Empty Seat

2.2K 258 313
                                    

You're giving me a million reasons to let you go
You're giving me a million reasons to quit the show
Baby, I'm bleedin'
Stay
Can't you give me what I'm needin'?
Every heartbreak makes it hard to keep the faith
I try to make the worst seem better
Lord, show me the way to cut through all his worn out leather
I've got a hundred million reasons to walk away, but Baby, I just need one good one to stay
🎶Million Reasons🎶

—————————————————————

UP next chapter = 70 VOTES buat chapter ini + 5.320 VOTES buat overall chapters.

-🖤🖤🖤-

Semua mata kini tertuju pada satu orang. Mateo Vásquez.

"Masih inget pulang?"

Suara itu jelas dikenal Wifo sebagai suara kekasihnya. Mendengar nada tajam yang hampir tak pernah Wifo dengar keluar dari mulut Ocean, Wifo pun segera memerintahkan para bodyguards untuk segera meyebar ke sekeliling rumah dan melakukan tugas mereka.

"Dari tadi ke mana aja?" tanya Ocean seraya maju lebih dekat pada ayahnya. "Tau, nggak, Papa apa yang baru aja terjadi?" tanyanya. "Ada yang bobol rumah kita sampe hampir celakain Mama, tapi Papa bahkan nggak ada untuk seenggaknya nemenin kita kalaupun nggak bisa nolong! Kita sampe harus ditemenin Wifo semaleman ini karena Mama masih shock dan nggak mau ditinggal sendiri! Mama baru bisa istirahat juga karena Wifo kasih bodyguards buat jaga rumah dan bikin penjagaan! Semua itu yang harusnya jadi tugas Papa!"

Ocean bahkan tak sadar suaranya begitu menggelegar sampai Mateo memejamkan mata beberapa kali mendengar suara keras Ocean itu. Wajah gadis itu memerah dan matanya melebar, menatap ayahnya dengan begitu marah hingga Riana yang tak pernah melihat Ocean semarah itu pun langsung memilih untuk menenangkan keadaan.

"Ocean, udah," kata Riana sambil menyentuh tangan Ocean lembut.

"Biarin, Ma! Biar dia tau!" sergah Ocean marah. "Dia nggak pernah ada! Nggak pernah bantu ringanin beban Mama, kan? Minimal jagain rumah saat Mama pergi pun dia nggak bisa. Angkat telpon kita aja dia nggak mau, Ma!"

Melihat mata Ocean mulai berkaca-kaca, Riana berkata dengan sabar, "Udah, Ocean. Ini papa kamu. Jangan bicara begitu."

Ocean menatap Mateo yang bergeming. "Apa nggak bisa sekali aja Papa jadi suami yang berguna buat Mama? Nggak usah jadi ayah yang baik buatku juga nggak apa-apa," kata Ocean. Suaranya terdengar bergetar, terlihat begitu sulit menahan sisi emosionalnya. Ocean tidak mau menangis di depan ayahnya. Tidak, Mateo tidak pantas mendapatkan air matanya.

"Aku bakal urus diriku sendiri. Aku juga nggak banyak nuntut, kan, Pa, selama ini? Tapi, Mama tuh butuh Papa. Kenapa Papa nggak bisa diandalkan untuk hal sekecil ada untuk Mama?" tanya Ocean.

Sial. Setetes air mata jatuh dengan kurang ajarnya di pipi Ocean sehingga Ocean cepat menyekanya dengan kasar. "Untuk apa lagi Papa pulang?" tanya Ocean. "Taunya pulang juga kalo segala sesuatunya udah beres aja. Ya, Papa cuma tau terima beres!"

"Ocean, cukup!" kata Riana lebih keras hingga Riana sedikit menyentak tangan Ocean.

"Selalu! Selalu aja Mama bela Papa!" sahut Ocean keras. "Padahal dalam hati juga Mama tau nggak ada yang bisa dibanggakan, apalagi dibela dari Papa! Kita ketakutan setengah mati, nggak tau harus apa, tapi kepala keluarga yang harusnya lebih bisa diandalkan soal ini aja malah enak-enakan ketawa sama temen-temennya di luar sana."

Guilty PleasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang