CHAPTER 65 | THE TWO WORLD OF US

265 21 2
                                    

Hannah mengira Justin hanya bercanda seolah memberinya lelucon untuk berharap mereka akan berkencan, seperti yang dikatakan Dee

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hannah mengira Justin hanya bercanda seolah memberinya lelucon untuk berharap mereka akan berkencan, seperti yang dikatakan Dee. Tapi, Justin memang mengajaknya berkencan menghabiskan waktu di kota. Seperti saat ini, ketika keduanya pergi mengunjungi bangunan ikonik Kota Paris, menara eiffel. Sebelum ini, hannah memang sering pergi kesini, siapapun pernah mengunjungi tempat ikonik ini. Tapi, akan berbeda rasanya jika pergi dengan kekasih, bukan?

Dengan tangan yang saling bergandengan, tawa renyah yang mendampingi keduanya ketika bersenda gurau, benar-benar membuat keduanya merasa seperti berada di dunia tanpa siapapun di dalamnya, hanya mereka berdua. Bahkan, ketika mereka duduk di sebuah hamparan rumput hijau saat ini, kemudian dengan manja, justin menidurkan kepalanya pada kedua paha Hannah.

Ketika cahaya matahari tengah menyinari bumi, Justin yang menggerakkan kedua matanya yang terpejam dengan tidak nyaman, membuat Hannah berinisiatif untuk menutupi wajah justin dari atas dengan telapak tangannya. Hannah tersenyum geli melihat wajah Justin. Kini, kedua mata Justin kembali terdiam, setelah mendapatkan kenyamanan dan kehangatan.

Sebenarnya, justin tidak benar-benar tertidur. Seperti yang ia rasakan sekarang, nyaman dan hangat. Ia hanya sedang menikmati momen ini sampai akhirnya ia merasakan seseorang menghalangi wajahnya, hingga membuatnya perlahan membuka matanya. Menyadari justin yang sudah membuka mata itu, Hannah buru-buru menyingkirkan ponselnya yang baru saja ia gunakan untuk memotret wajah Justin, kemudian memasukkan ke tas tangannya.

Justin mengerutkan kedua keningnya. "Apa yang baru saja kau lakukan?"

"Oh? Hm, menghalangi sinar matahari untukmu?"

Jawaban hannah justru tidak terdengar meyakinkan untuk justin. Ia menatap wajah hannah dengan menyipitkan kedua matanya.

"Hannah, kau tahu kau tidak pandai dalam berbohong, kan?" jsutin menahan tawa gelinya. Kemudian, tanpa memutus tatapannya pada Hannah, ia mendudukkan dirinya.

Hannah berdeham. "Hum, aku tahu. Tapi, aku juga tidak sepenuhnya berbohong. Aku memang benar-benar mencoba menghalangi sinar matahari sebelum ini."

Hannah yang menjawab dengan ucapan ambigunya, membuat Justin menatap Hannah tertarik dengan kedua alisnya yang terangkat.

"Sebelum ini? Jadi, kau menghalangi sinar mataharinya dengan ponselmu? Hm, biar kutebak. Apa kau sedang berusaha memotretku?"

BINGO! Hannah memutar kedua matanya ketika Justin bisa menebak dengan asal-asalan namun justru tepat sasaran. Ia mendengus, kemudian mengalihkan tatapannya ke sembarang arah. Melihat itu, membuat Justin menahan tawa gelinya lagi, kemudian menarik dagu Hannah agar kembali menatapnya.

"Boleh aku lihat fotoku? Aku tidak pernah melihat fotoku sebelumnya. Belum pernah ada orang yang memotretku sedekat ini. Bahkan, ketika aku sedang tertidur." Justin menekan ucapan terakhirnya, seolah berusaha mengintimidasi Hannah.

Beauty for the BEAST (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang