22nd June.Pagi ini, benar-benar terasa sunyi. Walaupun justin sudah merasa terbiasa dengan atmosfir ini, tapi rasanya tetap saja berbeda ketika di pikirannya, ia bukanlah justin yang sama seperti sebelumnya. Namun, kesunyian itu tak bertahan lama sampai Bernard mendatangi justin yang sedang bersantai di ruang tengah, memberi kabar mengenai Irene.
"Aku baru saja mendapat kabar dari Nona Hannah, Irene sudah siuman sejak semalam."
Satu kalimat singkat yang dikatakan hanya dalam beberapa detik justru membuat Justin berpikir panjang bermenit-menit lamanya. Ini membingungkan. Bukankah hannah bisa memberitahunya sendiri? Bukankah hannah punya kontaknya? Dan apa? Semalam? Semalam irene sudah sadar dari komanya, dan berita sepenting ini baru sampai pagi ini?
Jangankan untuk bertanya pada bernard, kini semua orang di rumah tengah meminta Justin untuk segera datang ke rumah sakit. tanpa basa-basi lagi.
Hal yang benar-benar dipikirkan oleh Justin hanyalah alasan dibalik hannah yang tidak memberitahunya sendiri mengenai irene. Itu sedikit mengganggunya, bahkan sampai saat mereka sudah berada di rumah sakit, tepatnya di ruangan Irene saat ini.
Hannah sedang memberikan segelas air mineral pada irene. Rachelle dan dee setengah berlari menuju ranjang Irene, sementara bernard dan justin berjalan santai kemudian berdiri di depan ranjang dimana ranjang itu menghadapnya.
Baru saja senyum dee terbit melihat Irene yang tampak sehat di depannya, tapi, beberapa saat kemudian, ia melihat pria bernama Alex yang tiba-tiba memasuki ruangan dan tampaknya pria itu sudah berada di sini sejak lama mengingat ia hanya mengenakan kemejanya tanpa jas yang ternyata sudah tersampirkan di sofa.
Kemudian, justin beralih menuju sisi samping irene untuk berbicara.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Justin, tersenyum kecil pada Irene.
Irene balas tersenyum. "aku sudah merasa lebih baik. Toh ini hanya luka biasa."
Alex yang sudah berdiri di samping irene, merengut tidak suka. "Aunty, tolong, jangan bilang itu hanya luka biasa. Kau tidak sadarkan diri selama beberapa hari, jadi itu bukan luka biasa."
"Baiklah, baiklah." irene tertawa kecil. "Ah, justin. Hannah sudah menceritakan bagaimana aku bisa selamat dan karena itu aku sangat-sangat berterima kasih padamu. Entah sudah berapa kali kau menjadi orang yang selalu menolong kami." lanjut Irene, menatap Justin dengan tatapan lemahnya.
Justin mengangkat satu tangan Irene kemudian diusapnya dengan lembut. "Irene, please. Kau sudah seperti ibuku." kemudian, justin mencoba memeluk Irene dari samping perlahan. Takut membuat irene kesakitan pada bagian-bagian tertentu.
Mendengar apa yang baru saja justin katakan, membuat Hannah terpaku sejenak. Itu hanya kalimat biasa, tapi entah kenapa membuatnya berpikir terlalu dalam. Seharusnya ia sudah mengetahui sebaik apa hubungan Justin dengan ibunya sebelum ini. Jadi, ini bukan sesuatu yang besar baginya. Seharusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty for the BEAST (ON GOING)
Romance#The Heirs Series (3rd) Pria yang diinginkan setiap wanita, namun tak tersentuh. Penghianatan mendalam yang mengubahnya menjadi seorang pria tanpa perasaan. Dingin bagai es yang tak mampu dilelehkan lagi. Dunianya berbeda dengan orang lain, ia hidup...