4th June-California, USA.Tepat pada hari Jumat siang ini, pesawat jet pribadi Justin mendarat dengan aman di landasan udara di California. Menggunakan mobilnya, Justin meminta supirnya untuk segera menuju perusahaan Edric. Justin tidak bisa mengulur waktu lagi atau masalah ini tidak akan menemui titik terangnya.
Sejak senin malam yang lalu, Justin memutuskan untuk tinggal di penthouse yang berada di dekat kantornya. Entah apa yang membuatnya seperti itu, mungkin saja suasana hatinya tidak dalam kondisi yang sehat. Justin merasa ia kehilangan kendali atas otak dan hatinya. Karena itu, Justin memutuskan untuk tinggal sendiri di penthousenya sebelum akhirnya ia berangkat ke California hari ini.
Sesampainya Justin di depan perusahaan Edric setelah beberapa jam perjalanan, Justin turun dan hendak menunggu Edric di lobi sebelum justin menghubunginya. Namun, belum sempat justin mengambil ponselnya dari saku jasnya, Justin menoleh ke arah depannya dan melihat Edric yang berjalan sendirian.
"Ed!" seru Justin memanggil Edric yang tampak masih belum menyadari kedatangannya.
Edric menoleh, mencari sumber suara yang terdengar familiar.
"Justin?"
Keduanya saling mendekat, kemudian Edric memberikan pelukan ala pria seperti biasanya. Mereka berdiri di tengah lobi, menjadi pusat perhatian para pekerja yang berlalu-lalang. Para pekerja itu seolah mendapatkan pemandangan terlangka, mengamati kedua pria tampan di tengah-tengah mereka. Selain bisa mengamati sisi lain bos mereka, yang terkenal ramah dan baik hati, mereka juga bisa melihat seorang pria yang mereka duga sebagai teman dekat Edric, terlihat sangat tegas dan dingin.
"Man! Kenapa kau tidak memberi kabar kau akan datang kemari?"
Justin hanya mengedikkan kedua bahunya.
"Terakhir kali aku memintamu datang kemari pun kau mengatakan tidak bisa. Kau berniat memberiku kejutan, hm?" Edric tampak menggoda Justin. Keduanya kini berjalan menuju salah satu lift.
"Tidak juga."
"Satu hal yang masih membuatku penasaran. Well, sama seperti Dennis. Ada apa denganmu dan 'mansion' mewahmu yang tidak bisa kau tinggalkan itu?"
Pintu lift terbuka, keduanya pun keluar dan mengabaikan kedua sekretaris wanita Edric yang tampak terus memandangi kedua pria yang kini sudah memasuki ruang kerja itu.
"Bukan masalah besar." Justin mengedikkan bahunya, kemudian duduk di salah satu sofa. "Aku sudah di sini untuk menyelesaikan masalah itu sekarang."
Edric hanya menganggukkan kepalanya beberapa kali tanpa protes. "ya ya ya. Jadi, kenapa kau membutuhkan jasa detektifku itu?"
"Kau ingat toko bunga terakhir yang kita datangi? Kau tahu aku dekat dengan pemilik toko itu, bukan? Tokonya mengalami kebakaran dan aku yakin itu adalah motif berencana. Aku ingin dia menyelidikinya. Polisi belum menemukan apapun sampai sekarang." Justin menjelaskan dengan panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty for the BEAST (ON GOING)
Romance#The Heirs Series (3rd) Pria yang diinginkan setiap wanita, namun tak tersentuh. Penghianatan mendalam yang mengubahnya menjadi seorang pria tanpa perasaan. Dingin bagai es yang tak mampu dilelehkan lagi. Dunianya berbeda dengan orang lain, ia hidup...