19th July. Vienna, Austria.Justin dan Hannah memasuki sebuah mobil limousine mewah dengan supir yang akan membawa mereka menuju tujuan pertama liburan mereka. Berbeda dari sebelumnya, kali ini Justin sudah memberitahunya kemana mereka akan pergi. Bahkan, Justin sudah memberitahunya tanpa perlu Hannah bertanya, tidak seperti sebelumnya.
Begitu Justin mengatakan mereka akan mengunjungi salah satu katedral indah di Kota Wina, Hannah benar-benar tertarik. Bahkan ia juga sudah mencari tahu beberapa hal tentang katedral itu. Setelah keduanya keluar dari hotel sampai di sepanjang perjalanan pun Hannah tidak menyurutkan senyum cantiknya itu dan menikmati indahnya pemandangan kota.
"Ayo, kita sudah sampai."
Suara Justin membuat Hannah menoleh padanya yang kemudian pandangannya itu segera teralihkan pada bangunan besar di sampingnya. Bangunan besar yang tampak megah dan menyimpan banyak cerita di dalamnya. Hannah segera keluar dari mobil setelah Justin.
Keduanya saling bergandengan tangan melangkah menuju bangunan katedral itu, sebelum akhirnya mereka berpisah di dua pintu yang mengharuskan keduanya untuk masuk secara terpisah. Satu pintu untuk wanita, dan pintu lainnya untuk pria. Keduanya kembali bertemu di dalam, kemudian berjalan bersama-sama.
Melewati lorong satu ke lorong lainnya, terkadang Justin akan membiarkan Hannah mengitarinya sesuka hati. Sementara itu, Justin akan berjalan santai di belakangnya. Melihat Hannah seperti ini saja sudah menjadi hiburan tersendiri untuk Justin. Gadis itu benar-benar gadis yang tahu cara bersenang-senang tanpa memedulikan apa kata orang.
Akhirnya, Justin membawa Hannah menuju salah satu kapel dengan banyak patung dan relief di sekitarnya, juga satu salib besar di atas altar. Justin membawa Hannah melangkah mendekati altar dan berhenti tepat di depan tangga altar, kemudian menoleh pada Hannah.
"Apa kau ingin menikah di sini, Hannah?"
Pertanyaan spontan Justin itu benar-benar membuat Hannah terkejut. Hannah benar-benar tidak berpikir Justin akan bertanya seperti itu saat ini.
"Hm?" Hannah masih terkejut sekaligus menjadi kebingungan. Apakah kali ini Justin sedang bercanda atau serius dengannya. Walaupun bagaimanapun juga, dilihat dari hal yang sudah-sudah, Justin selalu serius dengan ucapannya.
Justin menarik Hannah mendekat, kemudian keduanya saling menghadap di depan altar itu. Justin tersenyum seraya mengambil kedua tangan Hannah dan digenggamnya tangan itu dengan lembut.
"Apa kau ingin tinggal beberapa hari lebih lama lagi dan menikah di sini?" tanya Justin lagi dengan tatapan lurusnya.
Tadinya, Hannah sedang berpikir apakah ini adalah sebuah kenyataan atau ia masih berada di dalam dunia mimpi. Bersama Justin, terkadang ia seperti merasa kesusahan untuk menentukan apakah jalan hidupnya bisa menjadi sebuah kisah dongeng seperti yang ibunya pernah bacakan saat ia masih kecil. Hal itu membuatnya ikut berpikir bagaimana ia harus menyikapinya. Apakah jika ia memilih jalan ini, ini akan membuatnya mendapatkan akhir bahagia, atau justru sebaliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty for the BEAST (ON GOING)
Romance#The Heirs Series (3rd) Pria yang diinginkan setiap wanita, namun tak tersentuh. Penghianatan mendalam yang mengubahnya menjadi seorang pria tanpa perasaan. Dingin bagai es yang tak mampu dilelehkan lagi. Dunianya berbeda dengan orang lain, ia hidup...