Paris.
Sekalipun dalam kehidupan Justin selama ini, ia tidak pernah berpikir untuk mengambil langkah besar dengan komitmen untuk saling mencintai dan memiliki dengan wanita yang akan menjadi pasangan hidup sematinya. Semenjak kehidupan masa lalunya yang ia habiskan hanya dengan belajar dan belajar, ia tidak pernah berpikir jika menikah adalah hal yang penting untuknya. Terutama, saat ia menyaksikan sendiri bagaimana kehidupan pernikahan kedua orang tuanya adalah sebuah dusta belaka. Saat itu, seolah ia sudah berada di dalam lubang tanpa cahaya yang bisa menerangi jalannya untuk kembali.
Bagaimanapun juga, ia tetap berpikir kehidupannya memang tidak semenyedihkan itu, karena ia masih mempunyai sahabat-sahabatnya yang akan selalu berada di sisinya. Saat itu, ia masih berpikir jika hal itu sudah cukup untuknya. Namun, pada akhirnya, ia masih merasakan sebuah kekosongan di dalam hatinya. Ketika satu persatu temannya sudah menginjak pelaminan dan memilih jalan bahagia mereka.
Topeng yang selama ia gunakan sebagai 'Justin, pria dingin' yang semata ia gunkana untuk menutupi ketakutan masa lalunya, kini perlahan harus ia lepaskan. Sebuah dorongan untuk merubah kehidupannya di masa sekarang sama dengan mengubah kehidupan masa depannya. Dorongan untuk menemukan cahaya yang bisa memandunya keluar dari kehidupannya sebelum bertemu seorang gadis bernama Hannah Florence. Gadis polos dengan tampang cerianya yang tidak pernah mengenal kata lelah setiap kali bekerja.
***
"Hannah, apa kau sudah siap, Nak?" Irene bertanya dari luar kamar tidur Hannah setelah mengetuk pintu.
"Iya, Ibu! Tunggu sebentar lagi. Kami sudah siap!" seru Hannah dari dalam. Bersamaan dengan itu, beberapa pelayan membereskan barang-barang kosmetik Hannah, sementara Hannah kembali merapikan gaunnya sebelum berjalan keluar.
"Ini sangat indah. Terima kasih untuk kerja keras kalian." Tidak lupa, hannah mengucapkan terima kasihnya pada para pelayan yang sudah membantunya bersiap diri sebelum pesta dimulai.
Hannah membuka pintu kamar tidur lebar-lebar danmenampakkan sang ibu yang sudah menunggunya di balik pintu itu. Irene langsungtersenyum haru begitu melihat putrinya sudah tampil cantik dengan dress birumuda berbahan silk dengan motif bunga dan dedaunan yang sangat menggambarkanpribadi seorang Hannah. Begitu juga dengan bagaimana gadis itu menyukai musimsemi dan bunga-bunga yang cantik. Pada bagian dada dan punggung tertutupi kaintipis berbahan tile yang juga terdapat motif bunga-bunga, serta tak lupa bagianekor gaun yang menyapu. Gaun pesta pernikahan yang sederhana, namun ketikaHannah sendiri yang memakainya, gaun itu seolah memiliki sihir yang hidupdengan bunga yang bermekaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty for the BEAST (ON GOING)
Romance#The Heirs Series (3rd) Pria yang diinginkan setiap wanita, namun tak tersentuh. Penghianatan mendalam yang mengubahnya menjadi seorang pria tanpa perasaan. Dingin bagai es yang tak mampu dilelehkan lagi. Dunianya berbeda dengan orang lain, ia hidup...