29th May.Di depan cermin besarnya, Justin berdiri sembari mengikatkan dasi warna navynya dengan santai. Saat itu juga, sebuah dering ponsel dari atas nakas di samping cerminnya menginterupsi. Justin menoleh sebentar sebelum segera menyelesaikan aktivitasnya di depan cermin. Selesai dengan hasil ikatan dasi yang sempurna, Justin mengangkat ponselnya yang masih berdering itu.
"Ada apa, Dennis?" ucap Justin setelah mengetahui siapa pemanggilnya.
"Justin! Bisakah kau menemaniku di sini untuk beberapa hari?" terdengar rajukan menyebalkan ala Dennis yang membuat Justin memutar kedua matanya. Apa Dennis pikir sangat mudah bagi Justin untuk terbang begitu saja menuju New York?
"Aku tidak bisa."
"Ayolah, Justin. Kau pria es tapi kau tidak akan menolakku, kan? Hm?" Dennis masih berbicara dengan gaya rajukannya.
"Aku tidak bisa meninggalkan rumah."
"Apa terjadi sesuatu dengan Dee?" Tanya Dennis begitu mendengar Justin mengatakan jawaban, yang menurut Dennis, sangat aneh.
"Tidak, dia sedang bergi berlibur."
"Lalu? Apa kau jadi pria penjaga rumah sekarang?" Dennis hampir saja tertawa saat ia benar-benar membayangkan Justin yang tidak ingin 'meninggalkan rumah'.
"Sudahlah. Aku harus pergi. Bye."
Justin langsung mengakhiri panggilannya tanpa menunggu Dennis untuk menjawabnya bersamaan dengan menutupnya pintu kamarnya. Memasukkan ponselnya ke saku jasnya, Justin melihat ke arah depannya, Hannah sedang berjalan pelan-pelan dengan tertatih-tatih.
"Perlu bantuan?" Justin menghampiri Hannah, menawarkan bantuan.
Hannah mendongak. "Ah, tidak tidak. Aku bisa sendiri."
Membiarkan Hannah berjalan sendiri dengan pelan-pelan, Justin berniat menunggu Hannah di belakangnya. Beberapa saat kemudian saat Hannah sudah mencapai beberapa anak tangga, Hannah menoleh ke belakang.
"Ah, iya. Apa kau yang--hm, semalam memindahkanku ke kamar?" tanya Hannah kemudian.
Dengan tenang, Justin menjawab, "Aku tidak bisa membiarkan pelayan melihatmu tertidur di sofa sampai pagi." kemudian, berdeham.
"Well, kau hanya perlu membangunkanku. Tapi, terima kasih. Dan, satu hal lagi. Kakiku sudah merasa baikan sekarang. Jadi, aku harus mulai bekerja besok awal minggu."
Saking senangnya Hannah saat menyampaikan keinginannya untuk kembali bekerja, ia sampai mengangkat satu kakinya, dan tidak mewaspadai jika hal yang ia lakukan adalah hal berbahaya di tangga. Hannah hampir saja terjatuh terguling jika saja Justin tidak menangkap tubuh Hannah yang hampir terjungkal itu.
Justin memeluk rapat tubuh Hannah yang hampir terjatuh. Sangat erat. Secara automatis, kedua wajah mereka hampir mengenai satu sama lain, membuat mereka saling bertatapan dalam gerakan slow motion. Bahkan, keduanya sama-sama tidak menyadari bagaimana jantung mereka bisa berdegup begitu kencang seakan siap untuk melompat dari tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty for the BEAST (ON GOING)
Romance#The Heirs Series (3rd) Pria yang diinginkan setiap wanita, namun tak tersentuh. Penghianatan mendalam yang mengubahnya menjadi seorang pria tanpa perasaan. Dingin bagai es yang tak mampu dilelehkan lagi. Dunianya berbeda dengan orang lain, ia hidup...