CHAPTER 17 | UNEXPECTED ACCIDENT

422 43 0
                                    


Waktu silih berganti, dari pagi sampai malam, dari satu tempat kerja, ke tempat kerja lainnya, Hannah sama sekali belum mengistirahatkan tubuhnya. Ia hanya sempat memakan beberapa makanan ringan saat perjalanan ke tempat kejanya sore tadi di bis. Walaupun tidak benar-benar membuatnya kenyang, setidaknya bisa menambah asupan Hannah untuk melanjutkan pekerjaannya.

Malam ini, ia mungkin sedikit beruntung ketika ternyata tidak banyak pelanggan yang memasuki rumah makan. Bukan karena ia malas, namun setidaknya ia bisa mengambil bagian lain dengan para pelayan lainnya. Keringat menetes membasahi wajahnya, Hannah mengusapnya dengan lengan. Kemudian, Hannah memasuki kamar mandi utnuk membasuh mukanya. Keluar dari kamar mandi, seorang pegawai meminta tolong pada Hannah untuk membuang tumpukan sampah di belakang restoran.

Tiba-tiba saja, saat Hannah hendak kembali memasuki restoran setelah membuang 2 plastik besar berisi sampah makanan, ia dikejutkan dengan suara pria yang ia kenali.

"Jesus Christ, Hannah!" seru Alex, melangkah cepat menghampiri Hannah yang terdiam di tempatnya.

"Kau kemana saja? Kemarin kau tidak ada di tempat kerjamu sampai malam, dan rumahmu...... apa yang terjadi, hm? Kau membuatku khawatir? Ada apa sebenarnya?" Alex menghujani Hannah dengan beribu pertanyaan yang tidak ingin Hannah jawab sama sekali. Alex tampak khawatir dan frustrasi.

Saat Alex tidak menemukan Hannah di setiap tempat kerjanya, ia segera mendatangi rumahnya ketika terkejut rumah itu lenyap begitu saja. Tak ada yang tersisa, sehingga meninggalkan tanda tanya besar di benak Alex hingga detik ini.

Hannah menghela napasnya. "Banyak hal terjadi, Alex. Aku tidak bisa memberitahumu sekarang. Pulanglah, aku harus lembur malam ini."

Kemudian, Hannah hendak kembali membuka pintu dan masuk. Tapi, Alex mencekal tangan Hannah dan membalik tubuh Hannah dengan cepat. Hal itu membuat Hannah terkejut, namun menatap Alex dengan sendu seketika.

"Hannah, aku tahu ada sesuatu yang terjadi. Kau selalu seperti ini. Ada apa? Aku temanmu, kau bisa membagikan ceritamu padaku seperti biasanya." pinta Alex dengan lembut, berbeda dengan cekalan tangannya yang masih terasa kuat Hannah rasakan.

Hannah memandang kedua mata Alex yang tampak frutrasi itu. Dengan terpaksa, Hannah melepas cekalan tangan Alex, kemudian tersenyum.

"Aku baik-baik saja, Alex. Sungguh. Sekarang aku harus bekerja, jadi pulanglah." Hannah memohon, kemudian segera memasuki restoran kembali.

Tampaknya, kejadian semalam memang tidak disiarkan di berita manapun. Hingga membuat Alex pun tidak mengetahuinya. Di balik pintu restoran itu, Hannah menghela napas lemah, terselip perasaan bersalah karena menyembunyikan masalahnya sendiri pada teman baiknya. Namun, bukan tanpa alasan Hannah melakukan ini. Ini semua karena semata Hannah tidak ingin membuat Alex kerepotan dengan masalah peliknya.

*****

Malam mulai larut. Entah kenapa, dengan gelisah, Justin terus menerus melihat jam dinding di ruang kerjanya. Mengetukkan jemarinya di atas meja, Justin kembali berpikir mengenai Hannah yang tak kunjung pulang. Bahkan, sudah berjam-jam melewati jam makan malam.

Berdiri dari kursi kerjanya, Justin memutuskan untuk keluar dari ruangan dan pergi menemui Irene. Menemukan irene di ruang dapur, Justin menghampirinya.

"Irene?" panggil Justin. Mendengar namanya terpanggil, Irene menoleh setelah meletakkan piring pudding buatannya untuk Rachelle dan Dee.

"Ya?"

"Mm, apa Hannah memang pulang kerja larut malam?" tanya Justin, berusaha membuat suaranya sedatar mungkin.

Irene tersenyum. "Ah, jangan khawatirkan gadis itu, dia memang selalu lembur di tempat kerjanya." jawab Irene mengingat kebiasaan Hannah.

Beauty for the BEAST (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang