17TH June.Tanpa ampun, irene terus disiksa di depan mata Hannah sendiri. Para pria yang menyiksa ibunya benar-benar melakukan hal keji yang tidak bisa dimaafkan bahkan hanya dengan dimasukkan ke dalam penjara. Melihat itu, hannah terus menangis meronta di depan sang ibu. Seolah mereka benar-benar membuat Hannah menyaksikan semua hal buruk ini. Hannah terus meminta untuk menghentikan semuanya. Terus meminta agar ia saja yang menggantikan sang ibu yang sudah bersimbah darah di sekujur dahi dan kedua tangannya.
Hannah ingin sekali menarik para penjahat itu, kemudian memukuli mereka dengan apapun yang ada di sini. Namun, apa daya ketika Ia sendiri terikat dengan erat di sini, di kursi kayu yang terus bergoyang karena hannah yang terus meronta.
"Hentikan! Tolong hentikan! HENTIKAN!" teriak hannah di tengah tangisnya yang semakin terdengar perih.
Tentu saja, mereka tidak akan mendengarkan Hannah. Mereka pun hanya tertawa sembari melanjutkan apa yang mereka lakukan pada irene. Kecuali, satu pria. pria itu kemudian mendekati hannah.
"Kau sudah tumbuh besar, Hannah." begitu kata sang pria. Melihat sang pria yang berada di depannya, membuat hannah berspekulasi jika ia adalah pemimpin sekaligus dalang utama di balik semua ini.
"Siapa.... kau?"
"Ah, tentu saja kau tidak akan mengenaliku. Saat itu kau masih kecil dan ibumu pasti tidak akan berusaha membuatmu mengingatku." terdengar suara tawa kecil yang keluar dari mulut pria itu.
Hannah mengerutkan keningnya. Hannah sudah menduga pria ini adalah orang yang sama dengan rentenir jahat yang menjebak kedua orang tuanya.
Hannah tidak memiliki waktu berpikir ketika ia menyadari pria itu tengah mendekatkan wajahnya, hendak mencium Hannah. Namun, dengan cepat hannah memalingkan wajahnya dan memilih untuk melihat ke arah lain. Melihat itu, sang pria mendengus keras.
Tiba-tiba saja, dengan cepat, bukannya pergi meninggalkan hannah, ia justru mencekal dagu Hannah dengan cengkeraman yang cukup kuat hingga membuat wajah hannah tertarik mendekat. Dengan tatapan kebencian, Hannah tersenyum miring, kemudian tanpa ia duga, ia meludahi wajah pria di depannya. Geram dengan perlakuan Hannah, tanpa berpikir panjang, sang pria justru menampar keras pipi Hannah. Tidak hanya satu kali.
PLAK!
"Ini untuk ibumu yang tidak ingin menyerahkanmu padaku."
PLAK!
"Dan ini untuk wanita jalang sepertimu yang berani padaku. Rasakan!"
Sudut bibir hannah berdarah karenanya. Melihat itu, sang pria hanya berdecih, kemudian berlalu meninggalkan hannah dan irene. Keduanya tampak sama-sama mengenaskan, walaupun hannah tampak tak separah irene.
***
Dengan berani, Bernard, Felix, dan beberapa pengawal memasuki ruangan Justin dan memberi tahu Justin bahwa kini mereka sudah mendapatkan lokasi yang mereka duga begitu mencurigakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty for the BEAST (ON GOING)
Romance#The Heirs Series (3rd) Pria yang diinginkan setiap wanita, namun tak tersentuh. Penghianatan mendalam yang mengubahnya menjadi seorang pria tanpa perasaan. Dingin bagai es yang tak mampu dilelehkan lagi. Dunianya berbeda dengan orang lain, ia hidup...