"Maafkan aku. Aku terlalu terburu-buru sampai tak melihat jalanan." ucap Justin meminta maaf pada Alex yang baru saja turun dari mobilnya. Sejenak, Justin sempat melirik pada gadis yang masih berada di mobil."Ah, tidak apa. Aku juga minta maaf karena sebenarnya aku sempat tidak melihat jalanan di depan." sahut Alex, turut meminta maaf karena selama perjalanan, ia terus mengecek ponselnya sampai tidak melihat lurus ke jalanan.
Kemudian, kedua pria itu sama-sama menoleh pada Hannah yang turun dari mobil, tersenyum dan menganggukan kepalanya saat kedua matanya bertemu dengan pria yang berbicara dengan Alex. Justin sendiri membalas senyuman itu dengan senyum simpul dan menatap wajah gadis itu selama beberapa detik sebelum pria di depannya, Alex, meminta gadis itu untuk kembali masuk ke mobil.
"Tidak apa, Hannah. Kau masuklah, aku akan segera mengurusnya." ucap Alex, tersenyum, sebelum kembali berkata, "Ah, Tuan. Sepertinya, mobilku juga tidak ada masalah apapun. Maaf sekali jika aku tampak tidak sopan di sini, tapi aku harus segera pergi mengantar temanku bekerja. Oh, dan untuk berjaga-jaga, ini kartu namaku jika kau menemukan cat mobilmu yang lecet atau memerlukan sesuatu." Alex tersenyum mengakhiri percakapan mereka setelah Justin menerima kartu nama Alex.
Begitu Alex kembali ke dalam mobil, ia menyalakan mesin mobilnya dan tak lupa membunyikan klakson mobil sebagai tanda pamitnya. Hannah melihat ke jendela sampingnya dan kembali melempar senyumnya pada Justin yang masih diam di tempatnya, sembari menatapnya.
"Sepertinya dia pengusaha kaya sepertimu, kenapa memberikan kartumu juga?" tanya Hannah, menoleh pada Alex.
"Well, karena sepertinya tidak akan sopan meninggalkannya begitu saja sementara aku harus cepat mengantarmu bekerja, hanya sebagai tanggung jawab formalitas antar pengusaha." jawab Alex.
Seolah teringat sesuatu, Alex tampak memiringkan kepalanya, berpikir.
"Hm, tapi rasanya aku pernah melihatnya di suatu tempat." gumam Arthur dengan menempelkan satu jarinya di depan bibirnya sementara satu tangannya yang lain masih memegang kemudi.
Seolah mengabaikan apa yang diucapkan Alex, Hannah berdecak. "Lagipula ini salahmu. Kau terus memainkan ponselmu walaupun kau tahu hal itu berbahaya saat kau sendiri sedang mengemudi begini. Dan kau sedang membawa satu nyawa lain! Kita bisa saja terkena kecelakaan lalu lintas, kau tahu." gerutu Hannah.
Alex menoleh, terkekeh, dan mengacak-acak puncak kepala Hannah dengan gemas. "Ah, aku sempat mengira kau perhatian padaku jika saja kau tidak menyindirku." kekehnya.
*****
Keluar dari lift pribadi perusahaan, Justin menyerahkan kunci mobilnya pada sang sekretaris dan memintanya untuk membawa mobilnya pada sebuah bengkel. Tanpa bertanya lebih lanjut lagi, sang sekretaris sudah pergi setelah Justin memasuki ruang kerjanya. Bahkan justin tidak repot-repot membalas sapaan maupun ucapan pamit sekretarisnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty for the BEAST (ON GOING)
Romance#The Heirs Series (3rd) Pria yang diinginkan setiap wanita, namun tak tersentuh. Penghianatan mendalam yang mengubahnya menjadi seorang pria tanpa perasaan. Dingin bagai es yang tak mampu dilelehkan lagi. Dunianya berbeda dengan orang lain, ia hidup...