Hannah langsung berlari memasuki mansion dengan meneriakkan nama sang ibunya. Ia terus berteriak, berusaha mencari keberadaan sang ibu. Berharap pesan yang ia terima bukanlah kebenarannya. Bernard muncul dengan tergopoh-gopoh setelah mendengar suara jeritan Hannah yang diselingi tangisan keras. Melihat bernard, Hannah pun menghampiri pria itu."Paman? Paman, dimana ibuku? Diamna dia?" Hannah terus mencecar Bernard dengan pertanyaan yang sama.
"Ssssh, Hannah, kau tenanglah dulu. Kami juga sedang berusaha mencarinya saat ini."
Di lain sisi, felix masuk dan menemukan Bernard.
"Oh, Tuan felix?"
"Bernard, apa itu benar? Sejak kapan ibu hannah tidak di rumah? Apa sebelumnya ada hal aneh darinya? Dia meninggalkan sesuatu mungkin?"
Bernard menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Felix. "Tidak ada apapun. Sepertinya kami kecolongan kemarin. Sebelum pergi, Tuan Justin sudah mengatakan pada saya untuk jangan membiarkan Nyonya Irene pergi keluar dari rumah dahulu. Tapi, kemarin, sepertinya beliau berhasil keluar sendiri." Bernard menjelaskan semuanya pada Felix.
"Kau sudah memberi tahu kabar ini pada Justin?"
"Tuan muda sepertinya sangat sibuk di sana, saya tidak bisa menghubungi sejak pagi ini, Tuan." jawab Bernard dengan menyesal.
"Tetap hubungi dia sampai dia menjawab, aku akan membantu kalian sekarang."
"Baik, Tuan."
Sementara itu, Hannah masih menangis, berharap semua ini tidak terjadi. Namun, kenyataan pahit ini tetap menghantam akal sehat Hannah, membuatnya frustasi dan kebingungan di saat yang bersamaan.
"Felix, aku ikut denganmu." tiba-tiba saja, Hannah menarik tangan Felix saat pria itu sudah berjalan menuju pintu keluar.
"Tidak, Hannah. Dengan kondisimu yang seperti ini, aku ingin kau di sini dan menunggu ibumu karena ibumu akan segera pulang. Paham?" dengan lembut, Felix berusaha membuat hannah menurutinya.
"Ta-tapi-"
Meninggalkan hannah yang masih mencoba untuk membantah, Felix bersama dengan para pengawal rumah Justin sudah berlalu hendak mencari keberadaan Irene. Selain itu, Felix juga berusaha menghubungi pengawal rumahnya agar beberapa dari mereka bisa membantu Felix mencari keberadaan Irene.
Di dalam, Hannah masih berusaha untuk tegar. Walaupun, sebenarnya ia merasa tidak tenang. Ia tidak akan bisa tenang, namun ia sudah lelah menangis. Sementara ia harus membuat pikirannya bersih saat ini.
Tepikirkan oleh sesuatu, Hannah segera menghapus air matanya dengan kasar, kemudian ia berlari menuju kamar tidurnya. Ia ingat saat kemarin, ibunya berada di kamar tepat saat Hannah berpamitan pada ibunya. Apa yang dilakukan ibunya saat itu? Saat ini, hannah berharap ibunya meninggalkan jejak sebelum pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty for the BEAST (ON GOING)
Romance#The Heirs Series (3rd) Pria yang diinginkan setiap wanita, namun tak tersentuh. Penghianatan mendalam yang mengubahnya menjadi seorang pria tanpa perasaan. Dingin bagai es yang tak mampu dilelehkan lagi. Dunianya berbeda dengan orang lain, ia hidup...