22nd July.
Hari setelahnya, Dee benar-benar membuat Hannah pergi ke club bersama. Walaupun sebenarnya, Dee perlu berjuang untuk membujuk kakaknya jika mereka akan baik-baik saja di sana. Bahkan, hal tersusahnya adalah Dee harus melakukannya diam-diam tanpa sepengetahuan Hannah, karena gadis itu tidak mengetahui rencana apapun terntang hari ini. Karena itu, di sinilah mala mini mereka berada, di salah satu club yang tidak jauh dari hotel tempat mereka menginap.
Ini adalah pertama kalinya untuk Hannah mencicipi rasa 'alkohol mahal' di dunia malam. Rasa asing dan tidak biasa ini sebenarnya bukan masalah besar bagi Hannah. Hanya saja, ia takut jika ia akan merasa candu pada minuman itu dan membuatnya kehilangan akal. Karena itu, Hannah menikmati rasa minuman alcohol itu dengan pelan-pelan. Hal itu membuat Dee terkikik geli.
"Kak Hannah, kau berhutang terima kasih padaku." Ucap Dee. Hannah menoleh mengerjap tak mengerti.
"Beruntung aku mengajak kakak pergi kemari untuk pertama kalinya. Bayangkan saja jika seumur hidup kakak nanti tidak mengenal bagaimana kehidupan malam di sini." Lanjut Dee menjelaskan.
"Tentu saja Kak Hannah masih bisa menikmatinya. Bukankah itu maksud Kak Justin yang sebenarnya?"
Dee memejamkan kedua matanya, menahan perasaan ingin menutup mulut Rachelle saat itu juga. Ah, bisa-bisanya temannya itu justru mengatakan hal ambigu yang memicu berbagai pertanyaan di otak polos Hannah itu. Akhirnya, dee menghela napas kasarnya sementara Rachelle yang sudah keceplosan itu hanya mengulum bibirnya ke dalam, menyadari kesalahan bicaranya tadi.
"Hah, jadi sebenarnya kakakku tidak mengijinkan kita kemari. Tapi, aku membujuknya dan mengatakan kita akan baik-baik saja. Tentu saja aku tahu maksud baik kakak karena ia khawatir dengan Kak hannah, tapi, kan aku bisa menjamin kita akan baik-baik saja di sini. Lagipula, club di sini tidak begitu ramai, bukan?" Dee kemudian mengitarkan pandangannya pada sekitar club.
"Ah, karena itu kau terus menempel pada Justin." Hannah terkekeh mengingat bagaimana tingkah Dee yang terus menempel pada Justin bahkan sejak subuh, saat sarapan bersama, dan sebelum akhirnya Justin, Bernard, dan Irene pergi bersama. Hannah berpikir mungkin saat itu Justin sudah mengijinkan Dee.
"Dan tentu saja Justin tidak hanya mengkhawatirkanku di sini. Ada kalian, dua adiknya yang sangat berharga. Jadi, menurutimu saja mungkin sudah menjadi hadiah untukmu, kan, Dee? Sekarang kau yang berhutang terima kasih pada kakakmu sendiri." Hannah tersenyum, kemudian mengacak-acak puncak kepala Dee dengan gemas.
"Tapi... apa kakak tidak merasa dibohongi lagi?" Rachelle meringis setengah ragu saat bertanya.
"Dibohongi lagi? Tentang apa?"
"Seharian ini..... kita kan 'membawa kabur' kakak untuk menyiapkan pernikahan kakak sendiri."
Ah, jadi masalah itu. Walaupun hari kemarin Justin sudah menjelaskan padanya sendiri jika mereka mungkin akan sibuk untuk menyiapkan pernikahan mereka, tapi Hannah tidak mengira ternyata kesibukan yang ia maksud kemarin adalah hal-hal seperti perawatan dari ujung kepala sampai kaki. Hannah tertawa pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty for the BEAST (ON GOING)
Romance#The Heirs Series (3rd) Pria yang diinginkan setiap wanita, namun tak tersentuh. Penghianatan mendalam yang mengubahnya menjadi seorang pria tanpa perasaan. Dingin bagai es yang tak mampu dilelehkan lagi. Dunianya berbeda dengan orang lain, ia hidup...