Playlist: Sonna Rele - Strong (Cinderella OST)
17th May.Berdiri di depan cermin panjangnya, Justin menatap dirinya seraya merapikan dasi beserta jas kerjanya. Kegiatan monoton setiap pagi yang tidak pernah membuatnya bosan. Selesai dengan kegiatannya di depan cermin, Justin mengambil salah satu jam tangan mewahnya, kemudian memasangkannya pada tangan kirinya. Sempurna.
Setiap hari Justin bekerja, ia tidak pernah menggunakan supir, kecuali saat ia memiliki jadwal penting tertentu. Hari ini, ia akan menyetir mobilnya seperti hari biasa lainnya. Dan seperti biasanya juga, Justin menyapa Bernard di pagi hari setelah pria itu menyiapkan mobil Justin.
"Kau tidak sarapan?" tanya Bernard, melihat Justin yang sudah hendak menaiki mobilnya.
Justin menoleh. "Satu piring salad sudah membuatku kenyang, Bernard. Aku berangkat." pamit Justin kemudian. Sementara Bernard masih merasa terheran bagaimana pria itu bisa kenyang hanya dengan memakan saladnya.
*****
Jalanan tidak tampak ramai walaupun kini ia terjebak dalam lampu lalu lintas yang membuatnya lama menunggu. Sembari menunggu lampu lalu lintas itu berubah, Justin mengetukkan jemarinya pada kemudi dengan santai. Lalu, ia menoleh ke samping kanannya. Sejenak, ia mengerutkan keningnya ketika kembali melihat seseorang yang tampak familiar.
Justin melihat seorang gadis yang sama seperti saat terakhir kali ia melihatnya di kafe. Gadis itu tengah mengendarai sepedanya, tersenyum walaupun tidak ada seseorang pun yang menyapanya. Gadis itu hanya tersenyum dan seolah menikmati semilir angin yang membuat rambut cokelat yang tergerai dengan bebas itu turut beterbangan.
Terlalu larut dengan apa yang ia amati di tepi jalan, Justin sampai tidak menyadari jika lampu lalu lintas sudah berubah dan sebuah mobil di belakangnya membunyikan klaksonnya dengan nyaring. Justin terkejut, kemudian dengan sigap ia menjalankan mobilnya, mengabaikan gadis bersepeda di samping jalan.
Tiba di kantor megahnya setelah beberapa menit perjalanan, Justin menghentikan mobilnya tepat di depan pintu masuk perusahaannya. Tampak jajaran anggota direksi, pegawai perusahaan, beserta bawahannya yang lain berdiri berjajar sampai ke dalam, menyambut sang pimpinan.
Justin turun dari mobilnya dengan aura karisma yang terpancar. Ia membenahi kancing jasnya hingga tampangnya sampai menjadi lebih rapi. Dengan pandangan lurus dan langkah tegapnya, Justin melangkah memasuki perusahaannya. Kemudian, sekretarisnya menyambut kedatangan Justin dan turut mengekori langkah besar Justin. Sementara para bawahannya satu persatu menundukkan tubuh mereka 90 derajat saat Justin melewati mereka. Tentu saja Justin tidak perlu repot menoleh pada mereka.
"Apa semua dokumennya sudah siap?" tanya Justin pada sekretarisnya, tanpa menoleh.
"Sudah, Tuan. Rapat akan segera dilaksanakan 2 jam lagi, sesuai dengan rencana. Kopi Anda sudah disiapkan di ruangan seperti biasa." jawab sekretarisnya dengan lugas dan detail.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty for the BEAST (ON GOING)
Romance#The Heirs Series (3rd) Pria yang diinginkan setiap wanita, namun tak tersentuh. Penghianatan mendalam yang mengubahnya menjadi seorang pria tanpa perasaan. Dingin bagai es yang tak mampu dilelehkan lagi. Dunianya berbeda dengan orang lain, ia hidup...