25th May.Ini adalah hari kedua dimana Hannah lagi-lagi bangun lebih pagi daripada para penghuni di mansion Justin. Dan lagi, ia melewatkan sarapannya. Semalam pun, Hannah pulang sampai larut malam dan beruntungnya, semalam juga Justin sudah tertidur. Jadi, Hannah tidak perlu bertemu dengan pria itu.
Pagi ini, Irene sudah beraktivitas di dapur mansion bersama para chef untuk membuat sarapan. Irene tidak tahu jika saat ini para chef sedang ketakutan jika Justin mengetahui tamunya sedang berada di dapur dan membantu mereka membuat sarapan. Tentu saja para chef sudah memberitahu Irene untuk tidak membantunya, tapi Irene tidak mematuhi mereka.
Dari belakang, para pegawai rumah tampak membungkukkan tubuh mereka dengan sopan ketika sang pemilik rumah, justin, memasuki dapur. Merasa tahu jika Irene sedang berada di sana.
"Irene, dimana Hannah?" tanya Justin begitu kedua matanya menemukan sosok Irene yang baru saja meletakkan mangkuk sayur.
Irene menoleh ke sumber suara. "Ah, sepertinya pagi tadi dia langsung pergi bekerja."
"Kenapa tidak sarapan dulu?"
Irene merasa kebingungan ketika ia seperti mendengar nada bicara Justin yang tampak datar dan terlihat..... kesal? Walaupun Irene sendiri tidak tahu kenapa.
Tertawa hambar, Irene pun menjawab, "Ahaha, dia memang selalu begitu, Justin. Jadi, aku membiarkannya."
Bukan tanpa alasan Justin tampak seperti sedang kesal karena Hannah yang lagi-lagi melewatkan sarapannya. Ini sudah hari kedua. Justin menjadi semakin berpikir apakah ini ada kaitannya dengan kejadian malam itu. Bahkan, mereka belum sempat bertemu lagi sejak kejadian itu. Karena itu hanya sebuah kecelakaan, tentu saja Justin tidak akan membuat kejadian itu menjadikan mereka berjauhan seperti ini. Justin sudah melupakannya. Sedikit.
Justin tampak mengabaikan jawaban Irene, namun ia melirik pada mangkuk yang ada di depan Irene. Kemudian, Justin melirik pada para chef yang berdiri di belakang Irene.
"Kau yang menyiapkan sarapan sejak tadi?" tanya Justin pada Irene.
Irene tampak gugup, begitupun dengan para chef di belakangnya. "Ah, ini. Aku tidak terbiasa berdiam diri dan aku hanya membantu sebisaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty for the BEAST (ON GOING)
Romance#The Heirs Series (3rd) Pria yang diinginkan setiap wanita, namun tak tersentuh. Penghianatan mendalam yang mengubahnya menjadi seorang pria tanpa perasaan. Dingin bagai es yang tak mampu dilelehkan lagi. Dunianya berbeda dengan orang lain, ia hidup...