26th June.Hari berikutnya dimana Justin kembali mengantar Hannah bekerja. Kali ini, tanpa alasan dan hannah sendiri tidak bertanya lebih lanjut mengenai Roxanne atau hal lainnya. Namun, kali ini, belum sempat Justin keluar dari mobilnya, Hannah sudah melarangnya keluar dari mobil dan memintanya untuk langsung pergi ke kantor. Lagi, Justin menurutinya.
Beberapa menit kemudian, setelah Hannah mulai menyibukkan diri di cafe, Roxanne datang bersama Jennifer dan Arthur. Setelah menyapa Hannah, ketiganya memasuki ruangan Roxanne dan berbincang.
Dari kejauhan, melalui jendela kaca dari pintu Roxanne, mereka bisa melihat bagaimana Hannah berjalan mondar-mandir membawa nampan berisi makanan pesanan para pelanggan kafe. Walaupun belum begitu ramai, tetap saja mereka bisa melihat bagaimana Hannah bisa melakukan pekerjaan itu dengan cekatan, tanpa raut wajah lelah sekalipun.
"Bukankah sebentar lagi jam makan siang?" tanya Arthur sembari melirik jam tangannya.
"Ya. Lalu?" roxanne menjawab.
Arthur melempar pandangan pada Roxanne, kemudian tersenyum miring penuh arti. Membuat kedua wanita di sana bertanya-tanya.
"Kita buat Hannah bekerja keras lagi hari ini."
Roxanne dan jennifer saling melempar pandang tidak paham dengan apa yang dikatakan Arthur. Pria itu sendiri masih tersenyum penuh arti sebelum keluar dari ruangan, meninggalkan jejak keambiguan pada kedua wanita di dalam ruangan.
***
Sementara itu, di sisi lain, saat jam makan siang. Di sini, Justin masih menyibukkan diri di depan layar PCnya serta membolak-balikkan beberapa dokumen di depannya. Tiba-tiba, suara interkomnya berbunyi, panggilan dari lobi kantor.
"Sir, seorang gadis ingin bertemu dengan Anda. Ia mengatakan Anda yang memintanya kemari."
Kening justin mengerut. Saat ini, justin tidak sedang menunggu siapapun, dan siapa gadis yang dimaksud itu? Sejenak, Justin berpikir jika mungkin salah satu dari Roxanne atau Jennifer yang ingin menemuinya. Siapa lagi yang bisa berkata seperti itu?
"Baiklah. Antar dia kemari."
Panggilan interkom terputus, namun justin kembali melanjutkan pekerjaannya. Hingga beberapa menit kemudian, seorang sekretarisnya mengetuk pintu ruangannya. Begitu justin bersuara mempersilakannya untuk masuk, ia mendongak. Kedatangan yang sangat tidak terduga.
Justin sampai harus berdiri dengan mata yang membulat. "Hannah?"
"Ada perlu apa kemari?" justin yang kebingungan, menghampiri Hannah yang berdiri di samping sofa panjang.
Hannah yang kikuk tersenyum kecil. "Hai. Apa aku menganggumu?" tanyanya saat melihat beberapa dokumen yang tadinya masih justin sentuh.
"Tidak, tidak. Tapi, ada apa? Ini pertama kalimu kemari. Duduklah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty for the BEAST (ON GOING)
Romance#The Heirs Series (3rd) Pria yang diinginkan setiap wanita, namun tak tersentuh. Penghianatan mendalam yang mengubahnya menjadi seorang pria tanpa perasaan. Dingin bagai es yang tak mampu dilelehkan lagi. Dunianya berbeda dengan orang lain, ia hidup...